BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggolongan kata menyederhanakan
pemerian struktur bahasa dan merupakan tahapan yang tidak boleh dilalui dalam
penyusunan tata bahasa suatu bahasa. Setiap pembicaraan mengenai tata bahasa
tentu melibatkan pembicaraan tentang penggolongan kata. Tanpa penggolongan
kata, struktur frase, klausa, dan kalimat tidak mungkin dapat dijelaskan. Oleh
karena itu, pembicaraan tentang penggolongan kata akan sangat bermanfaat dan
akan merupakan sumbangan penting bagi tata bahasa dan juga bagi pengajaran
bahasa Indonesia.
Pada makalah ini akan dibahas
secara khusus mengenai penggolongan kata menurut C.A Mees. C.A Mess
menggolongkan kata menjadi sepuluh golongan, diantaranya kata benda
atau nomen substuntivum, kata keadaan atau nomen adjectivum, kata
ganti atau pronominal, kata kerja atau verbum, kata bilangan
atau numeri, kata sandang atau artikulus, kata depan
atau praepositio, kata keterangan atau adverbium, kata sambung
atau conjunction dan kata seru atau interjection, serta keunikan
penggolongan kata secara tradisional menurut C. A Mees.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari
makalah ini di antaranya:
1. Apa
saja yang termasuk penggolngan kata menurut C. A Mees?
2. Apa
keunikan penggolongan kata menurut C. A Mees?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini di antaranya:
1. Unuk
mengetahui penggolngan kata menurut C. A Mees.
2. Untuk
mengetahui keunikan penggolongan kata menurut C. A Mees.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penggolongan Kata Secara Traditional
Oleh C. A MESS
C.A Mess menggolongkan kata
menjadi sepuluh golongan, di antaranya kata benda atau nomen substuntivum,
kata keadaan atau nomen adjectivum, kata ganti atau pronominal, kata
kerja atau verbum, kata bilangan atau numeri, kata sandang
atau artikulus, kata depan atau praepositio, kata keterangan
atau adverbium, kata sambung atau conjunction dan kata seru
atau interjection.
2.1.1 Kata Benda atau
Nomen Substantivum
Kata benda atau nomen
substantivum ialah kata yang menyebut nama substansi atau perwujudan. Kata
golongan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, pertama kata benda yang
bersifat kongkret yaitu kata benda yang menunjukkan benda berwujud contohnya
meja, kursi, pintu, dan lain-lain, kedua kata benda yang bersifat abstrak yaitu
kata yang tidak menunjuk pada sebuah objek tetapi pada suatu kejadian atau pada
suatu abstraksi seperti bangsa, angin, udara dan lain-lain.
Antara kedua golongan kata benda
itu tidak terdapat perbedaan bentuk yang menjadi ciri. Baik kata benda kongkret
maupun abstrak mungkin berupa kata dasar, mungkin juga berupa kata yang
diturunkan.
2.1.2 Kata Keadaan atau Nomen Adjectivum
Dijelaskan bahwa kata keadaan
memiliki tiga fungsi, ialah:
1. Fungsi
predikatif, yaitu apabila ada kata keadaan itu menduduki fungsi predikat,
misalnya kata tinggi dan pucat dalam kalimat Pohon itu
tinggi; Mukanya Pucat.
2. Fungsi
atributif, yaitu apabila kata keadaan itu terikat pada kata benda, misalnya
kata tinggi, besar, lama dan kecil dalam pohon tinggi,
peralatan besar, pangkalan lama dan perahu kecil.
3. Fungsi
substantive, yaitu apabila kata keadaan itu di substantif (kata benda) yang
bersangkutan, misalnya si nakal, yang tinggi.
2.1.3
Kata
Ganti atau Pronomina
Kata ganti atau pronominal ialah
kata-kata yang menunjuk, menyatakan atau menanyakan tentang sebuah substansi
dan dengan demikian justru mengganti namanya. Kata golongan ini dapat dibedakan
menjadi enam golongan, yaitu:
1. Kata
ganti persona (orang) ialah kata-kata yang mengganti nama persona. Dapat
digolongkan menjadi:
a. Kata
ganti persona pertama, misalnya aku, saya, kami.
b. Kata
ganti persona kedua, misalnya engkau, kamu, tuan, saudara.
c. Kata
ganti persona ketiga, misalnya ia, dia, mereka.
2. Kata
ganti mandiri ialah kata ganti yang mengganti diri persona itu sendiri, yaitu
kata diri dan diri sendiri.
3. Kata
ganti petunjuk ialah kata yang menunjuk tempat sesuatu substansi, atau dapat
juga mengganti substansi itu, yaitu kata ini dan itu.
4. Kata
ganti relative, ialah kata yang menyatakan perhubungan antara sebuah substansi
dengan kalimat yang menghubungkanya, yaitu kata yang.
5. Kata
ganti penanya, ialah kata yang menyatakan pertanyaan mengenai nama substansi, misalnya
seperti kata apa, siapa dan mana.
6. Kata
ganti tak tentu, ialah kata yang menyatakan suatu substansi yang tak tentu,
yaitu kata apa, apa-apa, siapa-siapa, mana-mana, anu, masing-masing,
sesuatu dan seseorang.
2.1.4 Kata Kerja atau Verbum
Kata golongan ini dibedakan
menjadi dua golongan, ialah:
1. Kata
kerja transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan substantif supaya sempurnya
artinya, contohnya membaca, mencuci dan lain-lain.
2. Kata
kerja intransitif, yaitu kata kerja yang sudah sempurna artinya, karena itu tidak
dapat dibubuhi substantif sebagai pelangkapnya, contohnya berlari, berenang,
menyanyi dan lain-lain.
*Selain daripada itu, dikemukakan juga kata
kerja yang lain, ialah yang disebut dengan kata kerja kopula. Kata kerja kopula
ialah kata kerja yang bertindak sebagai kopula, misalnya kata
adalah, jadi, menjadi, jatuh, misalnya dalam jatuh sakit.
2.1.5 Kata Bilangan
atau Numeri
Kata ini digolongkan menjadi:
1.
Induk kata bilangan, misalnya satu, dua,
tiga, seratus dan seterusnya.
2.
Kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa,
segala.
3.
Kata bilangan kumpulan, misalnya bertiga,
berlima.
4.
Kata bilangan tingkat, misalnya kesatu,
kedua, ketiga.
5.
Kata bilangan pecahan, misalnya dua
pertiga, seperdua.
2.1.6 Kata Sandang
atau Artikulus
Kata sandang adalah unsur yang
dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina. Menurut fungsi dan
pemakaianya kata sandang dibedakan menjadi tiga golongan, ialah:
1. Kata
sandang tentu, yaitu kata yang.
2. Kata
sandang persona, yaitu si dan sang.
3. Kata
sandang tak tentu, yaitu kata seorang, sebuah, sesuatu.
2.1.7 Kata Depan
atau Praepositio
Pada umumnya, kata depan dipakai
untuk menjelaskan pertalian kata-kata. Kata depan yang tulen ialah di,
ke dan dari. Di samping itu, terdapat kata depan yang lain ialah
pada, akan, dengan, serta, antara, sama, demi, peri, tentang, karena, bagi,
untuk, guna, oleh, dan sebagainya. Ada lagi yang disebut kata kerja
majemuk, ialah kata-kata di dekat, di dalam, ke dekat, ke luar, dari
dalam, di hadapan, dan sebagainya.
2.1.8 Kata Keterangan
Yang dimaksud kata keterangan
ialah kata yang menerangkan kata kerja dalam segala fungsinya, kata keadaan
dalam segala fungsinya, kata keterangan, kata bilangan, predikat kalimat, tak
peduli jenis kata apa predikat itu, dan menegaskan subjek dan predikat kalimat.
Kata golongan ini dapat dibedakan
menjadi:
1. Kata
keterangan waktu, misalnya dahulu, kemarin, hari ini, sekarang, kini,
besok, kemudian, selamanya dan sebagainya.
2. Kata
keterangan modal, yang dapat dibedakan menjadi:
a. Kepastian,
misalnya kata-kata memang, niscaya, pasti, dan sebagainya.
b. Pengakuan,
misalnya kata-kata ya, benar, betul, sebenarnya dan sebagainya.
c. Kesangsian,
misalnya kata-kata agaknya, barangkali dan sebagainya.
d. Keinginan,
misalnya kata-katamoga-moga, mudah-mudahan.
e. Ajakan,
misalnya kata-kata baik, mari, hendaknya.
f. Kewajiban,
misalnya kata-kata harus, perlu, wajib.
g. Larangan,
misalnya kata jangan.
h. Ingkaran
ialah kata bukan, bukannya, tidak.
i.
Keheranan, ialah kata masakan, mana boleh ,
mustahil.
3. Kata
keterangan tempat dan jurusan, misalnya kata-kata disini, dari situ,
kesana, dari mana, dan sebagainya
4. Kata
keterangan kaifat dan kualitatif, misalnya kata-kata perlahan-lahan,
dengan gembira, kuat-kuat, selebar-lebarnya, dan sebagainya.
5. Kata
keterangan derajat dan permana, misalnya kata-kata amat, hampir, sangat,
kurang, dan sebagainya.
6. Kata
tekanan, ialah kah, gerangan, pula, pun, dan lah.
2.1.9 Kata Sambung
atau Conjunction
Kata sambung ialah kata-kata yang
menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, dan kalimat-kalimat. Kata-kata
dan ungkapan-ungkapan yang berdiri pada permulaan sebuah kalimat sebagai
pengantar sebuah serita, suatu pasal, atau kalimat baru yang termasuk golongan
kata sambung. Yang termasuk golongan kata sambung misalnya kata-kata apabila,
bilamana, lagi pula, dan, agar, karena dan sebagainya.
2.1.10 Kata Seru atau
Interjection
Kata seru ialah kata-kata yang
menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi yang memperingatkan akan
adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan berbagai rasa heran.
Kadang-kadang kata seru itu menirukan bunyi yang jelas, seperti hm, yaitu
bunyi deham, ha, sst, dan sebagainya.
Yang termasuk golongan kata seru
misalnya kata-kata ya, wah, ah, hai, o, oh, cis, cih, dan sebagainya.
2.2 Keunikan Penggolongan
Kata Oleh C. A MESS
C.A MESS menggolongkan kata
secara terstruktur, urut dan terperinci. Pada penggolongan kata ini, semua kata
dalam Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dalam kalimat. Hal tersebut
menandakan bahwa penggolongan kata menurut C. A MESS lengkap dan juga
jelas. Selain mudah dipahami, C. A MESS juga menggolongkan kata dengan
struktur yang dekat dengan struktur atau penggolongan kata dalam Bahasa Inggris
yaitu Part of Speech, karena C. A Mess banyak menggunakan istilah yang
diadopsi dari Part of Speech.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
C.A Mess menggolongkan kata
menjadi sepuluh golongan, diantaranya kata benda atau nomen substuntivum,
kata keadaan atau nomen adjectivum, kata ganti atau pronominal, kata
kerja atau verbum, kata bilangan atau numeri, kata sandang
atau artikulus, kata depan atau praepositio, kata keterangan
atau adverbium, kata sambung atau conjunction dan kata seru
atau interjection.
Penggolongan kata oleh C. A
MESS memiliki keunikan, yaitu penggolongan katanya terstruktur, urut dan
terperinci. Pada penggolongan kata ini, semua kata dalam Bahasa Indonesia
memiliki kedudukan dalam kalimat. Hal tersebut menandakan bahwa penggolongan
kata menurut C. A MESS lengkap dan juga jelas.
3.2
Saran
Penggolongan kata sangat penting
bagi orang bahasa, hal ini untuk menyederhanakan pemerian struktur bahasa dan
merupakan tahapan yang tidak boleh dilalui dalam penyusunan tata bahasa suatu
bahasa, oleh karena itu penggolongan kata perlu diketahui oleh seseorang yang
berkecimpung dalam kebahasaan, termasuk penggolongan kata secara tradisional
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arzieah. 2013. Penggolongan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Online. Diakses
pada Minggu,
13 Maret 2015. http://arzieah.blogspot.com/2013/05
/penggolongan-kata-dalam-bahasa-indonesia.html
Ramlan. 1990. Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata.
Andi Offset:
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar