Sabtu, 15 November 2014

Antologi Puisi





Amarah Merah
Alsya Faizal Aditiya

ku lihat wajahmu dalam  lamunan
ku lindapkan merahmu dalam canda
kasih ada yang bergemuruh ketika senja menyongsong
yang membuat bayangmu kabur dalam pikiran
kasih, aku bicara pada merahnya bunga
bagaimana rasanya terkikis habis perih hingga hilang sunyi sepi?
tapi aku tak menemukan jawabannya
aku mulai bertanya pada langit,
langit bagaimana kehilangan sekecil cahaya yang selalu temani gelapmu?
langit pun tak menjawab
kemana kah aku melangkah  dengan sisa keringat yang telah mengkristal ini ?

Cianjur, 2014



Dea Nadia Putri Erwan
Tatapan Mata Mu

Serentak…
Penglihatan ku tertuju padamu
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku
Berjalan mengikuti arus waktu
Kembali.. Ku temukan dirimu

Kunjungan mu yang membuat ku rindu
Menyembuhkan luka pada hati ku

Tatapan matamu;
Terpana.. aku terbuai sosokmu
Membungkam segala urusan ku
Berharap indah dalam kehidupan ku

Ah cinta…
Kau membuat ku gila

Cianjur, 2014


Dirwan
Berjalan di Muka Bumi

Cukup lama aku berjalan di muka bumi
Sementara waktu terus berganti
Cukup letih rasa ingin berlari ke tepi
Tak kuasa hindar dari Ilahi

Aku berganti tujuan dari awal yang mati
Kini ‘ku menggali dan bergelut dengan buku
Berharap tak suram lagi masa depanku
Kini saatnya mengepal harapan lagi

Terlalu lama tidurku mendekap lupa
Ah, mataku busuk tak berguna
Ah, pikiranku penuh duka lara
Hidup ini lomba belaka.

Cianjur, 2014.


Endi Rahardian
Ini Hidupku

Pergi kedunia luas
Pergi kehidupan bebas
Selama tiupan angin masih kurasa
Dan matahari pagi
Menyinari dedaunan
           
Pergi kelaut lepas
            Pergi kealam bebas
            Selama hari belum petang
            Dan warna senja
kemerah-merahan
            Menutup pintu waktu lampau

Andai bumi ini bisa kugenggam
Pasti aku ingin menggapai
Suatu KEINGINAN...

Cianjur, 2014


KarlinaRestia
Dia

Ada kasih lewat belaiannya
Ada saying lewat dekapannya
Aku percaya
Dan aku bahagia
Dia malaikat tanpa sayap
Dia bidadari tak bergaun
Ya, kupanggil dia MAMA

Ada kobar semangat lewat tutur katanya
Ada kekuatan lewat perjuangannya
Aku percaya
Dan aku bahagia
Dia pahlawan tanpa tanda jasa
Dia prajurit tak bersenjata
Ya, kupanggil dia PAPA

Sukabumi, Oktober 2014


Lisnawati
Cinta Berpisah

Bagaikan ombak menggulung hati penuh dengan tamparan pasir kecil
Terpencar ke segala arah seperti suasana hati
Menggerus karang-karang hati
Hati sepi bagaikan pasir tanpa air laut
Hati gemuruh bagaikan ombak yang meminta daratan
Tuhan, mengapa ombak selalu menabrak karang
Seperti hatiku yang tertabrak ombak hatinya
Ombak yang terus-menerus menabrak karang
Perlahan-lahan terkikis dan hilang
Seperti rasa cintaku ini padamu

Cianjur, 2014


Mita Oktaviani
IBU

Ibu..
Tak pernah berhenti..
Langkah kaki penuh duri..
Wajah tersenyum berseri..
Sembunyikan lelah demi bocah-bocah lapar menanti..

Ibu..
Raut wajahmu berbicara
Akan cinta dan kasih mu tiada tara
Hangat peluk mu tenangkan jiwa

Ibu..
Aku, berdiri di sini atas doamu
Aku, bernafas sampai detik ini atas ridho mu
Aku, menggapai cita-cita ku ini
Untukmu.. ibuku tersayang..

Cianjur, 2014


M. Fakhri Nuh
Tabula Rasa Cinta

Suci
Jernih
Bersih
Putih

Awal sebuah kisah
Awal sebuah kasih
Rasa gelisah
Berakhir perih

Ini nyatanya cinta
Ini pula fakta cinta

Tangan jiwamu goreskan tinta kepedihan
Kotori palung perasaan
Dalam hati ini
Dan tabularasa cintaku ini

Cianjur, 2014


M. Hifzhi Firdaus
Aku Kamu dan Jarak (LDR)

Kamu adalah seseorang yang tak tersentuh tapi ada
Seseorang yang tak terlihat tapi menghasilkan rindu
Jarak permasalahan yang sering kita debatkan
Menjadi ujian kesetiaan
Berawal dari yang sederhana
Berakhir menjadi istimewa

Hai kasih aku sangat merindukan dirimu
Hai kasih aku sangat merindukan senyummu
Hai kasih aku sangat merindukan canda tawamu
Merindukanmu dari jauh adalah rutinitasku

Dia bukan penghalang untuk melihatmu saat ku rindu
Dia bukan pembatas dinding pemisah satu sama lain
Dia bukan pengukur seberapa jauh perasaan kita
Dalam puluhan kilo meter membentang jauh

Selalu ku titipkan rindu pada hembusan angin
Selalu ku bincangkan namamu disela doa

Kita terpisah oleh jarak, ruang dan waktu
Kesetiaan yang selalu aku tancapkan
Kini menjadi sebuah keyakinan
Walau saat ini jarak memisahkan kita
Aku tetap berharap kamu akan selalu setia
Cinta ini, rasa ini dan rindu ini akan selalu ku jaga
Demi cinta kita berdua

Cianjur, 2014


Muhammad Supyan
Janji

Dulu...
Serangkai kata yang kau ucapkan
Satu harapan yang kau inginkan
Janji.... janji.... dan
Janji yang kau katakan

Tak lama...
Dengan bergantinya hari demi hari
Bulan demi bulan, sampai....
Tahun demi tahun

Kini semua kata-kata itu pun
Kau ingkari

Saat ini
Secara perlahan demi perlahan
Kata itu pun terhapus
Dengan berputarnya Searah jarum jam yang terus berputar

Cianjur, November 2014


Nabila Nur Annisa
Kenangan

Air mengalir begitu riang
Berlari mengikuti jalan
Tak mungkin untuk berhenti
Tak kuasa melawan arus

Waktu takan kembali
Takan ada yang abadi
Memori yang ku genggam dalam hati
Kan kulepas jika mati

Cianjur, 2014


Neng Devi Febriani
Harapan

Sedu sepi malam
Gemuruh angin menghantar sepi
Detak jantung yang tak berhenti
Menunggu hal yang tak pasti

            Sunyi
            Kini harapan yang tak pasti
            Kepercayaan mulai tak ada
lagi
            Sekali terluka
            Hapuslah harapan

Punah semangat di hati
Binasa yang terlewati
Sungguh kau sangat berarti
Kini punah harapan di hati

Cianjur, 2014


Neng Intan
Kerinduanku

Hening malam kelam
Iringi rindu tertancap dalam
Gemercik tarian air hujan
Temani sepi sebuah kesedihan

Teringat pujangga di ujung sana
Lambaikan tangan
Merana
Kurindu kau

Apa kau rinduku?
Entahlah
Tapi satu harap ini
Dengarlah
Nyanyian rinduku ini

Cianjur, 2014


Neni Mariam Apriani
Memori Sebuah Mimpi

Ku akui kau yang membuatku perih setiap ku ingat
Sesak yang terus menerkam
Menusuk keraguan rasa di dada

Dirimu bagaikan raja sejuta tahta
Sedangkan aku
Aku hanya dara desa
Yang bermimpi
Bak seorang Permaisuri raja

Tapi Mimpi tinggalah mimpi
Kau pergi tiggalkan memori

Cianjur, 2014



Nida Nurwahidah
Aku Itu Kamu

Aku bukanlah aku
Menutup muka kala berkaca
Merangkul malu dikala suka 

Ku intip bulan itu
Dia tersenyum dia tertawa 
Dan ku terlelap dalam tatapannya 

Aku terbangun dalam suka
Dan tersadar dalam kapan
Dan semua itu karna kamu

Kini kutatap cermin yang bertuah 
Tanpa malu dikala suka
Karna aku bukanlah aku
Karna aku adalah kamu


Cianjur, 2014


Purnama Wati
Kesedihan

Kehidupan tak seindah bunga bermekaran
Tak sewangi bunga bermekaran
Hanyalah seperti benalu
Bunga layu menangis sendu

Kau cabik daging ini
Kau congkel kelopak ini
Tancapkan benang kepedihan
Dalam sanubari kepiluan
Apakah sanubarimu tahu

Aku sakit jatuh dalam palung pilu
Karna ulah prilaku dirimu
Jatuhkan ku dalam kesedihan tabu

Cianjur, 21 oktober 2014


Rudi Ruslan
DOSA

Tertegun malu menghadapnya
Terucap ampunan dari manusia
Besar kecil keterlakuan fana
Lekas kan hilang dari kehendaknya

Cucuran lara menghias doa
Teralun merdu malam dan pagi
Mengharap Dia menghapus semua
Hitam dosa di raga ini

Manisnya dunia separuh waktu
Jangan terlena akan indahnya
Ajal yang kekal kian menunggu
Menunggu usia dunia fana

Cianjur, 2014


Siti Haryati
Ayah

Disetiap tetes keringatmu
Diderai lelah nafasmu
Demi aku kau rela disengat matahari
Dipenuhi kasih sayang yang luar biasa

Disetiap doamu kau haturkan segenap harapan
Hujan pun tak dapat membatasimu
Untuk aku anakmu
Kan kujaga setiap nasehatmu

Direlung hati akan kuhangatkan namamu
Disetiap nafasku
Aku akan kobarkan semua impianmu
Hanya untuk menikmati senyummu ayah

Cianjur, 2014


Siti Nurohmah
Hilang

Setiap hari ku menemani
Di dalam bayangan sanubari
Engkau yang kini mulai bersembunyi
Di dalam bara api

Aku memintanya dengan penuh harapan
Dan aku menatap bintang yang paling terang
Seolah itu kau
Yang kini jauh hilang

Aku membisu
melihat bintang yang terlalu jauh untuk ku petik
senyumku
mengikuti alunan mimpi
yang hilang hanya dalam sekejap

Cianjur, 2014


Siti Nursansan
Melihatmu

Ingin ku sandera portuna
Menikam dewa cinta
Dan menjaring asmara
Sang surya tak pernah menghampiriku
Kelam semakin mengikatku
Tapi aku tetap melihatmu

Ingin ku bakar lara
Mengarak duka
Dan memangkas masa
Sang surya tak kunjung menghampiriku
Hari semakin membunuhku
Dan aku tetap melihatmu

Ciloto, 3 September 2014


Soni Zainal Muslih
Muak Sumpah

Rasanya ingin muntah
Melimpahkan kata yang menjadi serapah
Dari janji tak berbukti
Melemaskan semua urat dan sendi

Mungkin Tuan lupa cara ber Tuhan
Melawan norma tak peduli teman
Masalah moral itu hal mudah
Diskusikan saja nanti juga kembali sediakala

Cianjur, 2014


Sovi Mulyati
Kerinduan

Ayah dimana engkau berada
disini aku merindukanmu
menginginkan untuk berjumpa
merindukan akan belaianmu

Kasih sayangmu selalu ku rindu
engkau selalu hadir dimimpi
mimpi yang begitu nyata bagiku
menginginkan engkau untuk kembali

Aku selalu mengharapkan engkau hadir
menemani aku setiap hari
menemani masa pertumbuhanku ini

Aku tumbuh menjadi besar
tanpa engkau disisiku
tanpa engkau yang menemani hari-hariku


Cianjur, 26 Oktober 2014


Wilyana Firmansyah
Cahaya

Ketika hati tak lagi berkaki
Hembusan angin menerbangkan hati
Seakan tak ada tempat berpijak lagi
Apa kau anggap  hina aku ini

Hati ini belum ada yang mampu menerangi
Meski banyak lilin yang mengisi sudut hati
Kenapa engkau pergi ?
Aku ingin kau bersinar untuk kali ini

Aku mellihat cahaya dari jauhan
Setitik cahaya itu bagai segenggam harapan
Yang akan aku capai kelak nanti
Aku bangkit dari kegelapan ini

Cianjur, 2014


Windy Dwi Sundiatika
Pudarnya Flamboyan

Aku bangun dengan sedikit lara yang menganga
Ku menghadap cermin, berdiri diantara mata yang bertanya
Di antara celah kebahagiaan yang tersayat
Benar, bahagia ku telah tersayat.

Kabut pagi ini menguap bersama dada ku yang terasasesak
Sesak ini kan sampai padamu dengan cara apa pun
Melalui debu, asap, atau kawat kelabu
Pasti itu sampai pada mu

Di sinilah ku habiskan senja tanpa kata
Bagaimana aku harus terus berjalan jika kaki ku di rantai,
Dirantai oleh kerinduan padamu yang kini semu
Malam ku rajut, duka ku kian turut
Berharap tak ada mimpi, upaya sembunyi
Tapi tak terjadi, tetap aku bermimpi

Tak berani mengusik pagi, aku takut sakit hati
Terlalu penuh kebencian, di hari kebahagiaan

Cianjur, 2014


Wulan Ratna Mulya
Catatan Akhir dari Pelukis dan Penyair

Tentang masa silam
Di mana kau masih menulis sajak
Mungkin dengan kesunyian
Atau kepedihan yang sempat mencelakai
Mata dan tubuhmu

Masih tentang masa silam
Di mana aku dengan gairah
Mencoreti kanvas yang lembut
Dengan cat dan koas
yang diramu sedemikian rupa

Lalu ketika kita bersepakat saling bertemu
Mencintai tubuh yang penuh peluh
Karena pengembaraan tak pernah usai
Memakan masa dari usia

Kita bersepakat lagi membuang masa silam
Yang menggerogoti aku dan kau
Lewat pena dan koas yang dulu
Dengan bangga kita genggam

Sayang, jika mencintaimu adalah menanggalkan
Segala yang pernah menjadi bagian dari tubuhku
Ku rasa kau juga harus begitu
Karena cinta yang sedang kita tata
Lebih berarti ternyata
Dari sekedar penamaan
Mungkin penyair untukmu
Dan pelukis untukku

Cianjur, 2014


Yuniarti Nursolihah
Menanti Waktu

Aku merenung
Di atas alas khusus nan bersih
Dengan balutan kain putih nan suci
Hanya untuk menghadap-Mu

Di setiap detik
Hanya nama-Mu yang slalu ku ucap
Di setiap menit
Hanya kepada-Mu aku memohon

Bahkan, di setiap jam
Aku bersimpuh kepada-Mu
Memanjatkan doa
Dengan penuh ampunan dan penuh dosa

Ucapan maaf yang slalu terucap
Tapi apalah arti maaf dibanding semua nikmat dari-Mu
Aku hanya makhluk tak berarti
Yang penuh dengan kekhilafan

Cobaan-cobaan menghampiri satu sama lain
Kesakitan-kesakitan setia menemani
Derita hati slalu datang
Kerinduanku pada kesenangan
Kerinduanku pada kesunyian
Hanyalah mimpi semata
Hanyalah keinginan tanpa usaha

Tapi aku percaya Engkau, Tuhan
Nikmat yang sempurna
Yang telah ku nantikan
Akan hadir menghampiri dengan penuh janji

Cipanas, 28 Oktober 2014


Teks Dadaran (Deskripsi) Jajampanaan

  Jajampanaan kecap jajampanaan asalna tina kecap "jampana" nyaeta alat nu dijieun tina kai atau awi pikeun ngagotong nu gering, n...