Jumat, 29 Mei 2015

makalah penggolongan kata secara tradisional menurut C. A. MEES




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penggolongan kata menyederhanakan pemerian struktur bahasa dan merupakan tahapan yang tidak boleh dilalui dalam penyusunan tata bahasa suatu bahasa. Setiap pembicaraan mengenai tata bahasa tentu melibatkan pembicaraan tentang penggolongan kata. Tanpa penggolongan kata, struktur frase, klausa, dan kalimat tidak mungkin dapat dijelaskan. Oleh karena itu, pembicaraan tentang penggolongan kata akan sangat bermanfaat dan akan merupakan sumbangan penting bagi tata bahasa dan juga bagi pengajaran bahasa Indonesia.
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus mengenai penggolongan kata menurut C.A Mees. C.A Mess menggolongkan kata menjadi sepuluh golongan, diantaranya kata benda atau nomen substuntivum, kata keadaan atau nomen adjectivum, kata ganti atau pronominal, kata kerja atau verbum, kata bilangan atau numeri, kata sandang atau artikulus, kata depan atau praepositio, kata keterangan atau adverbium, kata sambung atau conjunction dan kata seru atau interjection, serta keunikan penggolongan kata secara tradisional menurut C. A Mees.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini di antaranya:
1.      Apa saja yang termasuk penggolngan kata menurut C. A Mees?
2.      Apa keunikan penggolongan kata menurut C. A Mees?

1.3  Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini di antaranya:
1.      Unuk mengetahui penggolngan kata menurut C. A Mees.
2.      Untuk mengetahui keunikan penggolongan kata menurut C. A Mees.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penggolongan Kata Secara Traditional Oleh C. A MESS
C.A Mess menggolongkan kata menjadi sepuluh golongan, di antaranya kata benda atau nomen substuntivum, kata keadaan atau nomen adjectivum, kata ganti atau pronominal, kata kerja atau verbum, kata bilangan atau numeri, kata sandang atau artikulus, kata depan atau praepositio, kata keterangan atau adverbium, kata sambung atau conjunction dan kata seru atau interjection.

2.1.1 Kata Benda atau Nomen Substantivum
Kata benda atau nomen substantivum ialah kata yang menyebut nama substansi atau perwujudan. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, pertama kata benda yang bersifat kongkret yaitu kata benda yang menunjukkan benda berwujud contohnya meja, kursi, pintu, dan lain-lain, kedua kata benda yang bersifat abstrak yaitu kata yang tidak menunjuk pada sebuah objek tetapi pada suatu kejadian atau pada suatu abstraksi seperti bangsa, angin, udara dan lain-lain.
Antara kedua golongan kata benda itu tidak terdapat perbedaan bentuk yang menjadi ciri. Baik kata benda kongkret maupun abstrak mungkin berupa kata dasar, mungkin juga berupa kata yang diturunkan.

2.1.2 Kata Keadaan atau Nomen Adjectivum
Dijelaskan bahwa kata keadaan memiliki tiga fungsi, ialah:
1.      Fungsi predikatif, yaitu apabila ada kata keadaan itu menduduki fungsi predikat, misalnya kata tinggi dan pucat dalam kalimat Pohon itu tinggi; Mukanya Pucat.
2.      Fungsi atributif, yaitu apabila kata keadaan itu terikat pada kata benda, misalnya kata tinggi, besar, lama dan kecil dalam pohon tinggi, peralatan besar, pangkalan lama dan perahu kecil.
3.      Fungsi substantive, yaitu apabila kata keadaan itu di substantif (kata benda) yang bersangkutan, misalnya si nakal, yang tinggi.

2.1.3   Kata Ganti atau Pronomina
Kata ganti atau pronominal ialah kata-kata yang menunjuk, menyatakan atau menanyakan tentang sebuah substansi dan dengan demikian justru mengganti namanya. Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
1.      Kata ganti persona (orang) ialah kata-kata yang mengganti nama persona. Dapat digolongkan menjadi:
a.       Kata ganti persona pertama, misalnya aku, saya, kami.
b.      Kata ganti persona kedua, misalnya engkau, kamu, tuan, saudara.
c.       Kata ganti persona ketiga, misalnya ia, dia, mereka.
2.      Kata ganti mandiri ialah kata ganti yang mengganti diri persona itu sendiri, yaitu kata diri dan diri sendiri.
3.       Kata ganti petunjuk ialah kata yang menunjuk tempat sesuatu substansi, atau dapat juga mengganti substansi itu, yaitu kata ini dan itu.
4.      Kata ganti relative, ialah kata yang menyatakan perhubungan antara sebuah substansi dengan kalimat yang menghubungkanya, yaitu kata yang.
5.      Kata ganti penanya, ialah kata yang menyatakan pertanyaan mengenai nama substansi, misalnya seperti kata apa, siapa dan mana.
6.      Kata ganti tak tentu, ialah kata yang menyatakan suatu substansi yang tak tentu, yaitu kata apa, apa-apa, siapa-siapa, mana-mana, anu, masing-masing, sesuatu dan seseorang.

2.1.4 Kata Kerja atau Verbum
Kata golongan ini dibedakan menjadi dua golongan, ialah:
1.      Kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan substantif supaya sempurnya artinya, contohnya membaca, mencuci dan lain-lain.
2.      Kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang sudah sempurna artinya, karena itu tidak dapat dibubuhi substantif sebagai pelangkapnya, contohnya berlari, berenang, menyanyi dan lain-lain.
*Selain daripada itu, dikemukakan juga kata kerja yang lain, ialah yang disebut dengan kata kerja kopula. Kata kerja kopula ialah kata kerja yang bertindak sebagai kopula, misalnya kata adalah, jadi, menjadi, jatuh, misalnya dalam jatuh sakit.

2.1.5 Kata Bilangan atau Numeri
Kata ini digolongkan menjadi:
         1.         Induk kata bilangan, misalnya satu, dua, tiga, seratus dan seterusnya.
         2.         Kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa, segala.
         3.         Kata bilangan kumpulan, misalnya bertiga, berlima.
         4.         Kata bilangan tingkat, misalnya kesatu, kedua, ketiga.
         5.         Kata bilangan pecahan, misalnya dua pertiga, seperdua.

2.1.6 Kata Sandang atau Artikulus
Kata sandang adalah unsur yang dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina. Menurut fungsi dan pemakaianya kata sandang dibedakan menjadi tiga golongan, ialah:
1.      Kata sandang tentu, yaitu kata yang.
2.      Kata sandang persona, yaitu si dan sang.
3.      Kata sandang tak tentu, yaitu kata seorang, sebuah, sesuatu.

2.1.7 Kata Depan atau Praepositio
Pada umumnya, kata depan dipakai untuk menjelaskan pertalian kata-kata. Kata depan yang tulen ialah di, ke dan dari. Di samping itu, terdapat kata depan yang lain ialah pada, akan, dengan, serta, antara, sama, demi, peri, tentang, karena, bagi, untuk, guna, oleh, dan sebagainya. Ada lagi yang disebut kata kerja majemuk, ialah kata-kata di dekat, di dalam, ke dekat, ke luar, dari dalam, di hadapan, dan sebagainya.



2.1.8 Kata Keterangan
Yang dimaksud kata keterangan ialah kata yang menerangkan kata kerja dalam segala fungsinya, kata keadaan dalam segala fungsinya, kata keterangan, kata bilangan, predikat kalimat, tak peduli jenis kata apa predikat itu, dan menegaskan subjek dan predikat kalimat.
Kata golongan ini dapat dibedakan menjadi:
1.      Kata keterangan waktu, misalnya dahulu, kemarin, hari ini, sekarang, kini, besok, kemudian, selamanya dan sebagainya.
2.      Kata keterangan modal, yang dapat dibedakan menjadi:
a.       Kepastian, misalnya kata-kata memang, niscaya, pasti, dan sebagainya.
b.      Pengakuan, misalnya kata-kata ya, benar, betul, sebenarnya dan sebagainya.
c.       Kesangsian, misalnya kata-kata agaknya, barangkali dan sebagainya.
d.      Keinginan, misalnya kata-katamoga-moga, mudah-mudahan.
e.       Ajakan, misalnya kata-kata baik, mari, hendaknya.
f.       Kewajiban, misalnya kata-kata harus, perlu, wajib.
g.      Larangan, misalnya kata jangan.
h.      Ingkaran ialah kata bukan, bukannya, tidak.
i.        Keheranan, ialah kata masakan, mana boleh , mustahil. 
3.      Kata keterangan tempat dan jurusan, misalnya kata-kata disini, dari situ, kesana, dari mana, dan sebagainya
4.      Kata keterangan kaifat dan kualitatif, misalnya kata-kata perlahan-lahan, dengan gembira, kuat-kuat, selebar-lebarnya, dan sebagainya.
5.      Kata keterangan derajat dan permana, misalnya kata-kata amat, hampir, sangat, kurang, dan sebagainya.
6.      Kata tekanan, ialah kah, gerangan, pula, pun, dan lah.

2.1.9 Kata Sambung atau Conjunction
Kata sambung ialah kata-kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, dan kalimat-kalimat. Kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang berdiri pada permulaan sebuah kalimat sebagai pengantar sebuah serita, suatu pasal, atau kalimat baru yang termasuk golongan kata sambung. Yang termasuk golongan kata sambung misalnya kata-kata apabila, bilamana, lagi pula, dan, agar, karena dan sebagainya.

2.1.10 Kata Seru atau Interjection
Kata seru ialah kata-kata yang menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi yang memperingatkan akan adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan berbagai rasa heran. Kadang-kadang kata seru itu menirukan bunyi yang jelas, seperti hm, yaitu bunyi deham, ha, sst, dan sebagainya.
Yang termasuk golongan kata seru misalnya kata-kata ya, wah, ah, hai, o, oh, cis, cih, dan sebagainya.

2.2 Keunikan Penggolongan Kata Oleh C. A MESS 
C.A MESS menggolongkan kata secara terstruktur, urut dan terperinci. Pada penggolongan kata ini, semua kata dalam Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dalam kalimat. Hal tersebut menandakan bahwa penggolongan kata menurut C. A MESS lengkap dan juga jelas. Selain mudah dipahami, C. A MESS juga menggolongkan kata dengan struktur yang dekat dengan struktur atau penggolongan kata dalam Bahasa Inggris yaitu Part of Speech, karena C. A Mess banyak menggunakan istilah yang diadopsi dari Part of Speech.








BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
C.A Mess menggolongkan kata menjadi sepuluh golongan, diantaranya kata benda atau nomen substuntivum, kata keadaan atau nomen adjectivum, kata ganti atau pronominal, kata kerja atau verbum, kata bilangan atau numeri, kata sandang atau artikulus, kata depan atau praepositio, kata keterangan atau adverbium, kata sambung atau conjunction dan kata seru atau interjection.
Penggolongan kata oleh C. A MESS  memiliki keunikan, yaitu penggolongan katanya terstruktur, urut dan terperinci. Pada penggolongan kata ini, semua kata dalam Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dalam kalimat. Hal tersebut menandakan bahwa penggolongan kata menurut C. A MESS lengkap dan juga jelas.

3.2    Saran
Penggolongan kata sangat penting bagi orang bahasa, hal ini untuk menyederhanakan pemerian struktur bahasa dan merupakan tahapan yang tidak boleh dilalui dalam penyusunan tata bahasa suatu bahasa, oleh karena itu penggolongan kata perlu diketahui oleh seseorang yang berkecimpung dalam kebahasaan, termasuk penggolongan kata secara tradisional ini.



DAFTAR PUSTAKA

Arzieah. 2013. Penggolongan Kata dalam Bahasa Indonesia. Online. Diakses

Ramlan. 1990. Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata. Andi Offset:
Yogyakarta




Teks Dadaran (Deskripsi) Jajampanaan

  Jajampanaan kecap jajampanaan asalna tina kecap "jampana" nyaeta alat nu dijieun tina kai atau awi pikeun ngagotong nu gering, n...