Kamis, 11 Juni 2015

PERBEDAAN CIRI-CIRI JENIS KATA PENURUT PARA AHLI

Ciri-ciri Jenis Kata Menurut Para Ahli


NO
Jenis Kata
Ciri-cirinya
Con-toh
C. A. Mees
Ramlan
Hasan Alwi/TBBI
Harimurti
1.
Verba
1.      Menyata-kan perbuatan
2.      Pokok kalimat menang-gapi, diperla-kukan atau dikenai perbuatan.
1.      Cenderung menempati fungsi predikat (P).
2.      Dapat dinegatifkan dengan kata tidak.
3.      Dapat diikuti dengan frase dengan sangat.
1.      Memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga memiliki fungsi lain.
2.      Menganduk makna inhern perbuatan  (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
3.      Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefik ter- yang berarti ‘paling’.
4.      Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan.
1.      Kemungki-nan didampingi partikel tidak dalam konstruksi.
2.      Tidak dapat didampingi dengan partikel di, ke, dari atau dengan partikel sangat, lebih atau agak.
Tidur, ma-kan, mi-num dll.
2.
Nomina
Kata-kata yang menyatakan benda.
1.      Dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
2.      Dapat dinegatifkan dengan kata bukan.
3.      Dapat diikuti kata itu.
4.      Dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisnya.
1.      Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap.
2.      Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.
3.      Dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata yang.
1.      Tidak mempu-nyai potensi untuk bergabung dengan patikel tidak.
2.      Mempu-nyai potensi  untuk didahului oleh partikel dari.
Buku, batu, udara, dll.  
3.
Kata kete-rangan / adverb-ia
Menerangkan:
a.       kata kerja dalam segala fungsinya
b.      kata keadaan dalam segala fungsinya.
c.       Kata keterangan
d.      Kata bilangan
e.       Predikat kalimat, tak peduli jenis kata apa predikat itu.
f.       Menegaskan subjek dan predikat kalimat.
1.      Cenderung menduduki fungsi keterangan.
2.      Dapat ditempatkan di mana saja / mempunyai tempat bebas.

1.      Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva atau adverbia lain.
2.      Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya kata atau kalimat yang dijelaskan adverbia tersebut berfungsi sebagai predikat.

1.      Dapat mendampi-ngi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam kontruksi sintaksis.
2.      Tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Ke-marin, agak-nya,
4.
Kata depan /

Preposi-si
Pada umumnya dipakai untuk menjelaskan pertalian kata-kata.
1.      Berfungsi sebagai penanda dalam frase eksosentrik.
2.      Secara semantik, kata depan digunakan untuk menandai makna.
1.      Ditinjau dari perilaku semantisnya, kata depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan kontituen di belakangnya.
2.      Ditinjau dari perilaku sintaksisnya, kata depan berada di depan nomina, adjektiva atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang disebut frasa preposisional.
Kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga berbentuk frase eksosentris direktif.
Di, Ke dan Dari.
5.
Kata bilang-an / numera-lia
Menunjukan kata bilangan pokok, bilangan tingkatan dan bilangan pecahan.
1.      Dapat diikuti kata-kata orang, kor, buah, helai kodi, meter dan sebagainya.
2.      Ada yang menyatakan jumlah dan menyatakan urutan. 
Dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang atau barang) dan konsep.
1.      Endampi-ngi nomina dalam kategori sintaktis.
2.      Mempunyai kompetensi untuk mendampi-ngi numeralia lain.
3.      Tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Satu, dua, tiga perti-ga, kesatukedua, dll.
6.
Kata ganti / prono-mina
Kata-kata yang menjadi pengganti nama orang atau nama benda.
-
1.      Menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan –dalam macam kalimat tertentu- juga predikat.
2.      Acuannya dapat berpindah-pindah.
1.      Berfungsi untuk menggantikan nomina.
2.      Tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya bisa direduplikasikan yakni kami-kami, mereka-mereka, dia-dia dengan pengertian ‘meremeh-kan’ atau ‘merendah-kan’.
3.      Dapat dijadikan frase pronominal seperti aku ini, kamu sekalian, mereka semua.
Saya, aku, kami, dia, dll.
7.
Kata penghu-bung / konjungsi
Menghubung-kan kata dengan kata yang mendahuluinya atau kalimat dengan kalimat yang mendahuluiny.
Berfungsi menghubungkan satuan gramatikal yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk satuan gramatikal yang lebih besar.
Kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat.
1.      Kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.
2.      Menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setara maupun tidak setara
Dan, yang, atau, mau-pun.
8.
Kata seru / interjek-si
Kata-kata yang menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi memperingatkan akan adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan pelbagai rasa heran.
1.      Kata yang berdiri sendiri dalam suatu kalimat.
2.      Terpisah dari unsur-unsur lainnya.
1.      Kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.
2.      Secara struktural, tidak bertalian dengan unsur kalimat lain.
1.      Kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara; dan secara sintaktis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam kalimat.
2.      Bersifat ekstrakali-mat dan mendahu-lui ujaran sebagai teriakan lepas atau berdiri sendiri.
Aduh, adu-hai
Ahoi, amboi dll.
9.
Kata sandang / artikula
Dapat dipakai untuk menunjukan kata sandang tentu (yang), persona (si dan sang), dan tak tentu (seorang, sebuah dan sesuatu).
1.      Digunakan untuk menyebut sejumlah kata yang jumlahnya terbatas.
2.      Selalu terletak di muka kata golongan nominal sebagai atributnya.
Kata tugas yang membatasi makna nomina, biasanya menunjukan kata yang bersifat gelar, yang mengacu ke makna kelompok, dan yang menominalkan.
1.      Kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya s kancili, sang dewan dan para pelajar), nomina deverbal (si terdakwa; si  tertuduh).
2.      Berupa partikel, tidak dapat berafiksasi.
Si, sang, yang.
10
Kata keadaan / adjek-tiva
1.      Memiliki fungsi predikatif.
2.      Memiliki fungsi atributif.
3.      Memiliki fungsi substantif.S
-
1.      Memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
2.      Berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat.
3.      Kemungkinan menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkan-nya.
1.      Dapat bergabung dengan partikel tidak.
2.      Mendampi-ngi nomina.
3.      Didampi-ngi partikel seperti lebih, sangat, agak.
4.      Mempu-nyai ciri-ciri morfologis
5.      Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Ting-gi, bagus, deras, dll.
11
Kata tambah
-
1.      Cenderung hanya menduduki fungsi atribut dalam frase yang termasuk tipe konstruksi tipe endosentrik yang atributif, yang unsur pusatnya berupa kata verbal.
2.      Menyatakan ragam, menyatakan negatif, menyatakan aspek, menyatakan keseringan, menyatakan keinginan, menyatakan keharusan, menyatakan kesanggupan dan menyatakan tingkatan.
-
-
Tentu, pasti, sudah, kerap kali, dll.
12
Kata penyu-kat
-
1.      Terletak di belakang kata bilangan dan bersama kata itu membentuk satu frase yang disebut frase bilangan.
2.      Mungkin terletak di muka kata nominal.
-
-
Orang, ekor, buah, kodi, meter, dll.
13
Kata tanya / interogativa
-
Berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian dari lawan bicara.
-
Berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui oleh pembicara.
Apa, kena-pa, me-ngapa, siapa, dll.
14
Kata suruh
-
Berupa kata yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari lawan bicara.
-
-
Silah-kan,  mari, ayo, tolongdll.
15
Katego-ri fatis
-
-
-
1.      Kategori yang bertugas memulai, memperta-hankan, atau mengukuh-kan antara pembicara dan kawan bicara.
2.      Biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara
3.      Pada umumnya merupakan ragam lisan non-standar yang banyak mengan-dung unsur-unsur daerah atau regional.

Kok, deh, sela-mat,
-lah, pun
16
Demon-strativa
-
-
-
Kategori yang berfungsi untuk menunjukan sesuatu di dalam maupun di luar wacana.
Ini, itu, seki-an, sini, situ, dll


Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, Dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti.2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. 
Ramlan. 1990. Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata. Andi Offset: Yogyakarta

ARTIKEL KASUS PROSTITUSI


 HIDUP GLAMOR BERSAHABAT DENGAN PROSTITUSI?
Oleh: Siti Nursansan




Barang bermerek, perhiasan dan gaya hidup glamor merupakan suatu kebanggaan bagi sebagian orang. Terkadang seseorang minder jika menggunakan barang-barang yang dibelinya dengan harga murah. Sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia bahwa hidup mewah menjadi suatu kebanggaan. Mereka berpikir bahwa kemewahan mengangkat derajatnya dan membuatnya diakui oleh orang lain. Hal tersebut menjadikan seseorang berusaha bagaimanapun caranya untuk mendapatkan kemewahan. Tidak jarang, pekerjaan-pekerjaan yang menguntungkan namun kurang baik atau tidak baik sekalipun dijadikan pilihan demi mencapai apa yang diinginkan.
Belakangan ini tersiar kabar maraknya pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan. Ironisnya, seorang figur yang seharusnya jadi contoh baik bagi masyarakat, malah sebaliknya memberikan kesan tidak baik untuk ditiru. Seseorang yang dinyatakan artis dengan sadar melakukan pekerjaan prostutusi. Hal tersebut tidak lain disebabkan karna kebiasaan gaya hidup artis yang glamor.
Gaya hidup seperti itulah yang akan merusak moral bangsa. Tanpa melakukan berbagai pertimbangan, seseorang akan terjerumus demi mendapatkan kemewahan. Padahal sebenarnya kemewahan bukanlah suatu kebutuhan primer ataupun sekunder yang mutlak dimiliki. Namun orang akan merasa puas ketika dirinya tampil dengan kemahalan yang ia kenakan dihadapan orang lain. Karena hal tersebut membuat dirinya merasa diakui.
 Untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, kemewahan bukan satu-satunya jalan yang harus ditempuh. Apalagi hal tersebut menjurumuskan kita pada pekerjaan prostitusi. Selain dilarang oleh agama, pekerjaan tersebut akan berdampak buruk bagi kehidupan sosial, mental apalagi kesehatan. Secara sosial, prostitusi merupakan tindakan yang amoral dan dipandang tabu. Secara mental, orang yang melakukan prostitusi akan mendapatkan tekanan pada dirinya sendiri dan akan merasa bersalah atas perbuatannya. Lebih membahayakan lagi, prostitusi akan berdampak sangat buruk bagi kesehatan. Prostitusi adalah jalan yang paling berpeluang bagi seseorang untuk terkena penyakit menular kelamin dan kandungan yang sangat berbahaya terutama HIV yang dapat menyebabkan kematian. Begitu mengerikan bukan?
Selain itu, gaya hidup glamor akan membuat seseorang memiliki prilaku yang konsumtif, boros, ria, sombong, dan menghambur-hamburkan harta tanpa tujuan. Hal tersebut tidak lain karena jaga gengsi dan akibat pergaulan dengan lingkungannya. Untuk itu, kita harus merubah gaya hidup dengan berhemat, menghargai diri sendiri, tidak membeli barang yang tidak perlu dan tidak bergaul dengan orang yang berperilaku konsumtif dan mewah.

Mengingat begitu banyaknya dampak buruk yang ditimbulkan karena gaya hidup yang menjerumuskan seseorang untuk melakukan prostitusi, sebaiknya kita sebagai orang yang beragama dan beradab meluruskan pandangan kita bahwa kemewahan bukanlah satu-satunya hal yang akan mengangkat derajat kita. Banyak hal lain yang dapat membuat kita diakui oleh orang lain. Hidup beragama, berpendidikan dan menghargai diri sendiri akan membuat hidup lebih berkualitas ketimbang menjual diri untuk hidup mewah.

Teks Dadaran (Deskripsi) Jajampanaan

  Jajampanaan kecap jajampanaan asalna tina kecap "jampana" nyaeta alat nu dijieun tina kai atau awi pikeun ngagotong nu gering, n...