Ciri-ciri Jenis Kata Menurut Para Ahli
NO
|
Jenis
Kata
|
Ciri-cirinya
|
Con-toh
|
|||
C.
A. Mees
|
Ramlan
|
Hasan
Alwi/TBBI
|
Harimurti
|
|||
1.
|
Verba
|
1. Menyata-kan
perbuatan
2. Pokok
kalimat menang-gapi, diperla-kukan atau dikenai perbuatan.
|
1. Cenderung
menempati fungsi predikat (P).
2. Dapat
dinegatifkan dengan kata tidak.
3. Dapat
diikuti dengan frase dengan sangat.
|
1. Memiliki
fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat
walaupun dapat juga memiliki fungsi lain.
2. Menganduk
makna inhern perbuatan (aksi), proses,
atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
3. Verba,
khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefik ter- yang berarti ‘paling’.
4. Pada
umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna
kesangatan.
|
1. Kemungki-nan
didampingi partikel tidak dalam
konstruksi.
2. Tidak
dapat didampingi dengan partikel di,
ke, dari atau dengan partikel sangat,
lebih atau agak.
|
Tidur, ma-kan, mi-num dll.
|
2.
|
Nomina
|
Kata-kata yang menyatakan
benda.
|
1. Dapat
menduduki fungsi S, P, dan O.
2. Dapat
dinegatifkan dengan kata bukan.
3. Dapat
diikuti kata itu.
4. Dapat
mengikuti kata di atau pada sebagai aksisnya.
|
1. Dalam
kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek,
objek atau pelengkap.
2. Nomina
tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.
3. Dapat
diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh
kata yang.
|
1. Tidak
mempu-nyai potensi untuk bergabung dengan patikel tidak.
2. Mempu-nyai
potensi untuk didahului oleh partikel dari.
|
Buku, batu, udara, dll.
|
3.
|
Kata kete-rangan / adverb-ia
|
Menerangkan:
a. kata
kerja dalam segala fungsinya
b. kata
keadaan dalam segala fungsinya.
c. Kata
keterangan
d. Kata
bilangan
e. Predikat
kalimat, tak peduli jenis kata apa predikat itu.
f. Menegaskan
subjek dan predikat kalimat.
|
1. Cenderung
menduduki fungsi keterangan.
2. Dapat
ditempatkan di mana saja / mempunyai tempat bebas.
|
1. Dalam
tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva atau
adverbia lain.
2. Dalam
tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis.
Umumnya kata atau kalimat yang dijelaskan adverbia tersebut berfungsi sebagai
predikat.
|
1. Dapat
mendampi-ngi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam kontruksi sintaksis.
2. Tidak
boleh dikacaukan dengan keterangan
karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan
konsep fungsi.
|
Ke-marin, agak-nya,
|
4.
|
Kata depan /
Preposi-si
|
Pada umumnya dipakai untuk
menjelaskan pertalian kata-kata.
|
1. Berfungsi
sebagai penanda dalam frase eksosentrik.
2. Secara
semantik, kata depan digunakan untuk menandai makna.
|
1. Ditinjau
dari perilaku semantisnya, kata depan menandai berbagai hubungan makna antara
konstituen di depan preposisi tersebut dengan kontituen di belakangnya.
2. Ditinjau
dari perilaku sintaksisnya, kata depan berada di depan nomina, adjektiva atau
adverbia sehingga terbentuk frasa yang disebut frasa preposisional.
|
Kategori yang terletak di depan
kategori lain (terutama nomina) sehingga berbentuk frase eksosentris direktif.
|
Di, Ke dan Dari.
|
5.
|
Kata bilang-an / numera-lia
|
Menunjukan kata bilangan pokok,
bilangan tingkatan dan bilangan pecahan.
|
1. Dapat
diikuti kata-kata orang, kor, buah,
helai kodi, meter dan sebagainya.
2. Ada
yang menyatakan jumlah dan menyatakan urutan.
|
Dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang atau barang) dan konsep.
|
1. Endampi-ngi
nomina dalam kategori sintaktis.
2. Mempunyai
kompetensi untuk mendampi-ngi numeralia lain.
3. Tidak
dapat bergabung dengan tidak atau
dengan sangat.
|
Satu, dua, tiga perti-ga,
kesatukedua, dll.
|
6.
|
Kata ganti / prono-mina
|
Kata-kata yang menjadi
pengganti nama orang atau nama benda.
|
-
|
1. Menduduki
posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan –dalam
macam kalimat tertentu- juga predikat.
2. Acuannya
dapat berpindah-pindah.
|
1. Berfungsi
untuk menggantikan nomina.
2. Tidak
bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya bisa direduplikasikan yakni kami-kami, mereka-mereka, dia-dia
dengan pengertian ‘meremeh-kan’ atau ‘merendah-kan’.
3. Dapat
dijadikan frase pronominal seperti aku
ini, kamu sekalian, mereka semua.
|
Saya, aku, kami, dia, dll.
|
7.
|
Kata penghu-bung / konjungsi
|
Menghubung-kan kata dengan kata
yang mendahuluinya atau kalimat dengan kalimat yang mendahuluiny.
|
Berfungsi menghubungkan satuan
gramatikal yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk satuan gramatikal
yang lebih besar.
|
Kata tugas yang menghubungkan
dua satuan bahasa yang sederajat.
|
1. Kategori
yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis,
dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.
2. Menghubungkan
bagian-bagian ujaran yang setara maupun tidak setara
|
Dan, yang, atau, mau-pun.
|
8.
|
Kata seru / interjek-si
|
Kata-kata yang menirukan bunyi
manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi memperingatkan akan adanya bahaya,
bunyi yang menyatakan kesakitan dan pelbagai rasa heran.
|
1. Kata
yang berdiri sendiri dalam suatu kalimat.
2. Terpisah
dari unsur-unsur lainnya.
|
1. Kata
tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.
2. Secara
struktural, tidak bertalian dengan unsur kalimat lain.
|
1. Kategori
yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara; dan secara sintaktis tidak
berhubungan dengan kata-kata lain dalam kalimat.
2. Bersifat
ekstrakali-mat dan mendahu-lui ujaran sebagai teriakan lepas atau berdiri
sendiri.
|
Aduh, adu-hai
Ahoi, amboi dll.
|
9.
|
Kata sandang / artikula
|
Dapat dipakai untuk menunjukan
kata sandang tentu (yang), persona
(si dan sang), dan tak tentu (seorang,
sebuah dan sesuatu).
|
1. Digunakan
untuk menyebut sejumlah kata yang jumlahnya terbatas.
2. Selalu
terletak di muka kata golongan nominal sebagai atributnya.
|
Kata tugas yang membatasi makna
nomina, biasanya menunjukan kata yang bersifat gelar, yang mengacu ke makna
kelompok, dan yang menominalkan.
|
1. Kategori
yang mendampingi nomina dasar (misalnya s kancili, sang dewan dan para
pelajar), nomina deverbal (si terdakwa;
si tertuduh).
2. Berupa
partikel, tidak dapat berafiksasi.
|
Si, sang, yang.
|
10
|
Kata keadaan / adjek-tiva
|
1. Memiliki
fungsi predikatif.
2. Memiliki
fungsi atributif.
3. Memiliki
fungsi substantif.S
|
-
|
1. Memberikan
keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina
dalam kalimat.
2. Berfungsi
sebagai predikat dan adverbial kalimat.
3. Kemungkinan
menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang
diterangkan-nya.
|
1. Dapat
bergabung dengan partikel tidak.
2. Mendampi-ngi
nomina.
3. Didampi-ngi
partikel seperti lebih, sangat, agak.
4. Mempu-nyai
ciri-ciri morfologis
5. Dibentuk
menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
|
Ting-gi, bagus, deras, dll.
|
11
|
Kata tambah
|
-
|
1. Cenderung
hanya menduduki fungsi atribut dalam frase yang termasuk tipe konstruksi tipe
endosentrik yang atributif, yang unsur pusatnya berupa kata verbal.
2. Menyatakan
ragam, menyatakan negatif, menyatakan aspek, menyatakan keseringan,
menyatakan keinginan, menyatakan keharusan, menyatakan kesanggupan dan
menyatakan tingkatan.
|
-
|
-
|
Tentu, pasti, sudah, kerap
kali, dll.
|
12
|
Kata penyu-kat
|
-
|
1. Terletak
di belakang kata bilangan dan bersama kata itu membentuk satu frase yang
disebut frase bilangan.
2. Mungkin
terletak di muka kata nominal.
|
-
|
-
|
Orang, ekor, buah, kodi, meter,
dll.
|
13
|
Kata tanya / interogativa
|
-
|
Berfungsi memberitahukan
sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa
perhatian dari lawan bicara.
|
-
|
Berfungsi menggantikan sesuatu
yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui
oleh pembicara.
|
Apa, kena-pa, me-ngapa, siapa,
dll.
|
14
|
Kata suruh
|
-
|
Berupa kata yang mengharapkan
tanggapan yang berupa tindakan dari lawan bicara.
|
-
|
-
|
Silah-kan, mari, ayo, tolongdll.
|
15
|
Katego-ri fatis
|
-
|
-
|
-
|
1. Kategori
yang bertugas memulai, memperta-hankan, atau mengukuh-kan antara pembicara
dan kawan bicara.
2. Biasanya
terdapat dalam konteks dialog atau wawancara
3. Pada
umumnya merupakan ragam lisan non-standar yang banyak mengan-dung unsur-unsur
daerah atau regional.
|
Kok, deh, sela-mat,
-lah, pun
|
16
|
Demon-strativa
|
-
|
-
|
-
|
Kategori yang berfungsi untuk
menunjukan sesuatu di dalam maupun di luar wacana.
|
Ini, itu, seki-an, sini, situ,
dll
|
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, Dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti.2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta.
Ramlan. 1990. Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata.
Andi Offset: Yogyakarta