BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bentuk karya sastra puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan
Bentuk karya sastra puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan
prosa. Perbedaan itu tidak hanya dari struktur fisiknya, tetapi juga dari
struktur batin. Dalam hal struktur fisik dan batin, penciptaan puisi menggunakan
prinsip pemadatan yang mengungkapkan bentuk dan makna. Puisi terdiri
atas dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin. Kedua bagian itu
terdiri atas unsur-unsur yang saling megikat sehingga membentuk totalitas
makna yang utuh. Dalam penafsiran sebuah puisi, tak lepas dari kedua unsur
tersebut. Untuk itu pada kajian ini dilakukan analisis terhadap struktur fisik
dan struktur batin puisi berjudul "Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini"
karya Taufik Ismail. Tujuannya adalah mendeskripsikan diksi, imaji, kata
konkret, dan bahasa figuratif serta mendeskripsikan tema, rasa, nada, dan
amanat puisi tersebut. Kajian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan di bidang kesastraan.
struktur batin. Dalam hal struktur fisik dan batin, penciptaan puisi menggunakan
prinsip pemadatan yang mengungkapkan bentuk dan makna. Puisi terdiri
atas dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin. Kedua bagian itu
terdiri atas unsur-unsur yang saling megikat sehingga membentuk totalitas
makna yang utuh. Dalam penafsiran sebuah puisi, tak lepas dari kedua unsur
tersebut. Untuk itu pada kajian ini dilakukan analisis terhadap struktur fisik
dan struktur batin puisi berjudul "Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini"
karya Taufik Ismail. Tujuannya adalah mendeskripsikan diksi, imaji, kata
konkret, dan bahasa figuratif serta mendeskripsikan tema, rasa, nada, dan
amanat puisi tersebut. Kajian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan di bidang kesastraan.
Pendektan yang digunakan adalah
pendekatan objektif. Sumber data
adalah puisi berjudul "Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini" karya Taufk
Ismail yang diperoleh dari buku kumpulan Tirani dan Benteng.
adalah puisi berjudul "Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini" karya Taufk
Ismail yang diperoleh dari buku kumpulan Tirani dan Benteng.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari makalah ini diantaranya:
1.
Siapakah Taufiq Ismail?
2.
Bagaimana analisis struktur fisik pisi “Kita
adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufiq Ismail
3.
Bagaimana analisis struktur batin puisi “Kita
adalah Pemilih Sah Republik Ini” karya Taufiq Ismail?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari
makalah ini diantaranya:
4.
Untuk mengetahui siapa Taufiq Ismail.
5.
Untuk mengetahui struktur fisik pisi “Kita
adalah Pemilik Sah Republik Ini” karya Taufiq Ismail.
6.
Untuk mengetahui struktur batin puisi “Kita
adalah Pemilih Sah Republik Ini” karya Taufiq Ismail.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Taufiq Ismail
Taufiq Ismail lahir dari pasangan A. Gaffar Ismail (1911-1998) asal Banuhampu, Agam dan Sitti Nur Muhammad Nur
(1914-1982) asal Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat.[1] Ayahnya adalah
seorang ulama dan pendiri PERMI. Ia menghabiskan masa SD di Solo, Semarang, dan Yogyakarta, SMP di
Bukittinggi, dan SMA di Pekalongan. Taufiq
tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka
membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan
pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli
peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita
kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal
punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.
Semasa kuliah aktif sebagai Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII),
Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa
Dewan Mahasiswa UI (1961-1962).
Di Bogor pernah jadi
guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena
menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen
peternakan di Florida (1964) dan
dipecat sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Ia menulis
di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut
mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer
Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International
Scholarship, sejak 1958 aktif di
AFS Indonesia, menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya, penyelenggara pertukaran pelajar
antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957) telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan menerima
1600 siswa asing di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of Trustees
AFSIS di New York, 1974-1976.
Pengkategoriannya sebagai penyair Angkatan '66 oleh Hans Bague Jassin merisaukannya, misalnya dia puas
diri lantas proses penulisannya macet. Ia menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara
Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi
Sastra Aceh, dan lain-lain.
Banyak puisinya dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo, pimpinan Samsudin Hardjakusumah, atau
sebaliknya ia menulis lirik buat mereka dalam kerja sama. Iapun menulis lirik
buat Chrisye, Yan Antono
(dinyanyikan Ahmad Albar) dan Ucok Harahap. Menurutnya
kerja sama semacam ini penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.
Taufiq sering membaca puisi di depan umum. Di luar negeri, ia telah baca
puisi di berbagai festival dan acara sastra di 24 kotaAsia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Baginya,
puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika setelah ditulis, dibaca di
depan orang. Pada April 1993 ia membaca
puisi tentang Syekh Yusuf dan Tuan Guru, para pejuang yang dibuang VOC ke Afrika Selatan tiga abad sebelumnya,
di 3 tempat di Cape Town (1993), saat apartheid baru
dibongkar. Pada Agustus 1994 membaca
puisi tentang Laksamana Cheng Ho di masjid
kampung kelahiran penjelajah samudra legendaris itu di Yunan, RRC, yang dibacakan juga terjemahan Mandarinnya oleh Chan
Maw Yoh.
Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an menggarap
humor dalam puisinya. Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi berkabar atau
narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di Indonesia. Antologi puisinya
berjudul Rendez-Vous diterbitkan di Rusia dalam terjemahan Victor Pogadaev dan dengan ilustrasi oleh Aris Aziz
dari Malaysia (Rendez-Vous. Puisi Pilihan Taufiq Ismail. Moskow: Humanitary,
2004.)
Taufiq Ismail mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural
Visit Award dari Pemerintah Australia (1977), South
East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan
Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972
dan 1991-1992), lalu
pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993).
2.2 Puisi “Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini”
Karya Taufiq Ismail
Kita adalah Pemilik Sah
Republik Ini
Tidak ada lagi pilihan
lain. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur.
Apakah akan kita jual
keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa
harga
Akan maukah kita duduk satu
meja
Dengan para pembunuh tahun
yang lalu
Dalam setiap kalimat yang
berakhiran :
“ Duli Tuanku “ ?
Tidak ada lagi pilihan
lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata
kuyu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk
oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta
yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api,
kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam
inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya
kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara
yang hampa.
Tidak ada lagi pilihan lai.
Kita harus
Berjalan terus.
Taufik Ismail, 1966
2.3 Analisis
Struktur Fisik Puisi
Unsur-unsur bentuk atau struktur
fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang
membangun struktur luar dari puisi. Unsur itu dapat ditelaan satu-persatu,
tetapi unsur itu merupakan suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu
diantaranya: diksi, pengimajian, kata konkrit, bahasa figuratif (majas),
verifikasi dan tata wajah.
2.3.1 Diksi
Pilihan kata yang dituangkan oleh penyair puisi ini sangat mendukung isi
dan tema perjuangan harga diri bangsa. Kata / Kita / yang dominan muncul
dalam puisi memberikan makna orang banyak. Makna secara mendalam, kata / Kita
/ bermakna seluruh rakyat Indonesia yang oleh pengarang secara tidak langsung
diajak untuk bangkit dan berjuang melawan segala bentuk penjajahan dan
intervensi oleh para penjajah baik secara internal dan eksternal.
Lalu / Para pembunuh / dipilih untuk memaknai para penjajah. Para
penjajah dalam puisi ini dimaksudkan sebagai orang-orang yang suka turut campur
dalam kepemerintahan bangsa kita. Model dan bentuk penjajahan mereka revisi
dalam bentuk gaya baru. Bisa jadi penjajahan gaya baru tersebut terimplementasi
dalam bentuk kepemilikan saham-saham, penguasaan dan pengerukan kekayaan alam
kita secara tidak terbatas, pemberian bantuan dan modal yang kemudian menjadi
beban dan hutang sepanjang hayat, korupsi yang dilakukan oleh orang-orang
pribumi sendiri, bahkan penjajahan yang merembes dalam masalah akidah dan
moral.
Selanjutnya, kata / Duli tuanku / memberikan makna bahwa bangsa kita
adalah bangsa yang selalu berprinsip yes bos, atau yang penting bapak senang.
Artinya kondisi bangsa atau rakyat kita selalu siap bekerja menjalankan tugas
untuk kepentingan dan kesenangan sang bos, dan menguntungkan si pelaksana
tugas, tak peduli orang lain berada dalam penderitaan. Penyakit seperti ini
oleh pengarang disodorkan kepada kita untuk dijadikan sebagai bahan perenungan,
yang kemudian tercermin melalui beberapa pilihan katanya dalam baris puisi / apakah akan kita jual keyakinan kita / dan / dalam pengabdian tanpa harga ? /. Sedangkan
kata-kata; / banjir / gunung api /, / kutuk dan hama /
merupakan pilihan kata yang menggambarkan kesusahan dan penderitaan rakyat
Indonesia, yang mau tidak mau, suka maupun tidak suka kita harus keluar dari
kondisi seperti itu. Oleh karenanya, penyairn memilih kata-katanya sebagai
berikut ; / tidak ada lagi pilihan. Kita harus / berjalan terus /
karena berhenti atau mundur / berarti hancur /.
2.3.2 Pengimajian
Taufik Ismail sangat ahli sekali dalam memilih kata-kata. Beliau sangat
hati-hati sekali dalam mengolah dan mengemas kata-kata tersebut sehingga tidak
heran kalau pilihan kata-kata yang Beliau ambilpun didalamnya mengandung suatu
imaji atau citraan yang tersirat didalamnya. Kalimat / kita adalah manusia
bermata kuyu, di pinggir jalan / mengandung imaji penglihatan, karena orang
yang bermata sayu dan berdiri di pinggir jalan tentunya dapat kita lihat atau
dapat diamati. Citraan ini mengandung makna bahwa orang yang bermata sayu
seakan-akan kelihatan seperti sehabis bangun tidur, kelihatan ngantuk dan
malas, matanya kurang bercahaya. Apalagi berdiri di pinggir jalan. Citraan ini
menggambarkan kondisi masyarakat yang yang hanya mampu berusaha melihat dan
menerawang masa depan yang nampak suram dan samara.
Kalimat / mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh /
menimbulkan imaji penglihatan, karena kondisi orang yang mengacungkan tangan
atau melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah bus atau oplet tentunya dapat
dilihat dan bukan didengar. Pada dasarnya orang yang mengacungkan tangan untuk
sebuah bus atau oplet yang sudah penuh tentunya bus atau oplet tersebut tidak
akan mau berhenti untuk mengangkut penumpang dan pasti bus atau oplet itu
berlalu dan meninggalkan penumpang tersebut. Citraan ini memperkuat kondisi
bangsa kita atau rakyat kita yang tidak mempunyai kesempatan untuk melaju
bahkan hanya tertinggal dan terbelakang dalam segala hal. Ketertinggalan dan
keterbelakangan itu terutama di bidang pendidikan dan bidang teknologi bahkan
ekonomi.
2.3.3 Kata Konkrit
Dalam puisi ini kata-kata seperti / meja / sangat memperkongkret
makna sebuah kerja sama atau pelaksanaaan-pelaksanaan perundingan untuk
menempuh suatu tujuan. Kata / berjalan / merupakan sesuatu kegiatan yang
dilakukan dengan cara bergerak meninggalkan satu tempat ke tempat yang lain.
Kata ini memperkongkret makna bahwa kita harus melakukan perubahan atau hijrah
dari situasi terpuruk untuk bangkit menuju ke arah kemajuan dan kemandirian
bangsa.
2.3.4 Bahasa
Figuratif (Majas)
Secara sadar dan sengaja penulis menyulap kata-kata yang biasa menjadi
kata-kata yang indah dan sarat dengan variasi makna. Karena Taufik Ismail tidak
mengungkapkan makna itu secara gamblang. Dengan keahliannya dalam mengolah gaya
bahasa beliau sengaja menyembunyikan makna di dalam suatu kata atau kalimat
supaya pembacanya mengartikan sendiri apa maksud dari kata-kata tersebut.
Nampaknya itulah yang dikehendaki oleh penyair, sehingga kita harus membacanya
dengan penuh kosentrasi dan tingkat penalaran yang tinggi agar tahu apa maksud
kata tersebut.
Baris puisi berikut misalnya / dipukul banjir, gunung api kutuk dan hama
/ gaya bahasa personifikasi ini digunakan oleh pengarang dengan maksud
lebih menerangkan kondisi bangsa kita, seolah-olah bencana alam bertindak
sebagai manusia raksasa yang kapan saja bisa dating memukul dan menghancurkan
kehidupan rakyat Indonesia.
Selain itu terdapat pula gaya bahasa hiperbola yang nampak pada kalimat / apakah
akan kita jual keyakinan kita /. Menjual keyakinan merupakan sesuatu
tindakan yang berlebihan dan tidak masuk akal, karena sesungguhnya keyakinan
itu berwujud materi yang dapat diperjualbelikan. Akan tetapi kalimat dalam
puisi ini hanya lebih memperjelas makna untuk membangkitkan semangat juang
seluruh rakyat Indonesia guna mempertahankan semua harta dan kekayaan alam.
Selain itu, gaya bahasa tersebut lebih menekankan agar seluruh rakyat harus
memegang teguh prinsip dan ideology bangsa Indonesia yang hamper pupus ditelan
arus globalisasi dan tergilas oleh perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi bangsa-bangsa lain yang dianggap sebagai penjajah itu.
2.3.5 Verifikasi
Pada puisi Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini kita lihat bunyi akhir pada
kata-kata di beberapa baris pertama dan penutup. / Tidak ada lagi pilihan
lain, kita harus / Berjalan terus karena berhenti atau mundur / Berarti hancur.
Pada baris pertama dan kedua ada persamaan bunyi kata pada akhir kalimat yaitu
bunyi us, dan pada baris ketiga dan keempat ada persamaan bunyi kata yaitu ur.
Bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh konsonan tersebut mampu menciptakan
musikalitas yang indah saat dibaca. Pada kalimat berikut ini “Duli Tuanku
?” tanda petik menandakan bahwa bacaan tersebut dibaca agak keras dan tinggi.
Contoh pengulangan bunyi terdapat pada kalimat Tidak ada pilihan lain, kita
harus / Berjalan terus. Frase tersebut terdapat pengulangan bunyi pada
baris berikutnya yaitu pada baris ke-7, ke-8, ke-16, dan ke-17. Frase tersebut
sengaja diulang oleh Taufik Ismail guna mengikat beberapa baris berikutnya
seakan-akan membentuk suatu gelombang yang teratur.
2.4 Analisis Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi adala medium untuk mengungkapkan makna yang hendak
disampaikan penyair. I.A. Richards menyebut makna atau struktur batin itu
dengan istilah hakikat puisi (dalam Waluyo, 1987 : 106). Ada empat unsur
hakikat puisi, yakni: tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap
pembaca, dan amanat.
2.4.1 Tema
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa puisi ini bernuansa perjuangan
bangsa Indonesia atau kata lainnya patriotisme. Tema ini diangkat karena puisi
ini sangat memberikan gambaran tentang ikhtiar bangsa kita yang ingin maju,
bangkit dan memperjuangkan harga diri dan citranya. Tema ini disuguhkan oleh
pengarang yang notabene adalah orang Indonesia, karena melihat realitas bangsa
kita yang carut marut. Kondisi bangsa kita yang buruk indikasinya dapat dilihat
melalui degradasi moral. Banyak punggawa bangsa kita yang kurang jujur, selalu
terlibat korupsi. Beberapa para penegak hukum pun yang dianggap sebagai
pahlawan rakyat ternyata tidak jauh berbeda dengan para mafia. Segala macam
pesan berbau politik dan berbagai hubungan-hubungan kerja sama yang dapat
merugikan bangsa kita di akhir kemudian selalu di tempuh. Perputaran roda
ekonomi melalui mega proyek sangat didominasi oleh para investor asing. Mereka
bebas mengeruk harta kekayaan sumber daya alam yang tersedia. Melalui
kepiawaian dalam memilih bahasa, diketahui makna puisi ini mampu membangkitkan
semangat rakyat Indonesia yang telah merdeka untuk mempertahankan kemerdekaan
tersebut.
Taufik Ismail berhasil menyuguhkan tema perjuangan, nada yang bersifat menyulut
atau mendorong, serta dan membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk terus
maju dan tidak mau lagi dibohongi oleh kaum penjajah baik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri.
2.4.2 Perasaan
Puisi ini mampu membangkitkan rasa nasionalisme bangsa yang tinggi. / kita
adalah pemilik sah republik ini / kalimat ini memberikan makna sebuah
pengakuan rasa juang yang tinggi dan cinta yang sangat tulus terhadap bangsa
indonesia. Perasaan ini muncul akibat puisi ini pun menyodorkan makna yang
mampu mendongkrak semangat pembaca. Kekuatan kata-kata yang terdapat pada
baris, kalimat, dan setiap bait mampu membangkitkan luapan emosi kepedulian
atau keprihatinan pembaca dalam hal ini rakyat Indonesia secara utuh untuk
segera melakukan perjuangan. Rasa ingin bangkit dan berjuang ini dapat dicerna
melalui baris puisi / tiada ada lagi pilihan / kita harus berjalan terus
/. Frase / berjalan terus / dapat dimaknai sebagai sebuah perjuangan.
Makna perjuangan di sini merupakan upaya sadar untuk melakukan suatu perubahan
untuk mandiri dan merdeka secara hakiki.
2.4.3 Nada dan Suasana
Ketika kita membaca puisi tersebut, suasana hati pembaca akan ikut sedih
dan geram terhadap kondisi bangsa Indonesia yang dilukiskan oleh taufik ismail.
Hal itu terjadi karena nada penyair melalui puisi bersifat mendorong atau
membangkitkan hait nurani rakyat Indonesia. Pengarang bermaksud menyulut
pembaca melalui setiap kata yang terurai pada setiap baris dan bait puisi.
Misalnya, / akan maukah kita duduk meja dengan para pembunuh tahun yang lalu
/, sebuah kalimat pertanyaan yang yang cukup indah dan menggelorakan dan
menggetarkan jiwa untuk menolak dan benci terhadap berbagai bentuk penjajahan.
Lalu / dalam setiap kalimat yang, berakiran ‘ duli tuanku ‘ ? kalimat
ini pun mampu membangkitkan semangat untuk tidak mau lagi diperbudak,
dikendalikan atau dijadikan alat oleh penjajah untuk mencapai kepentingan dan
kesenangan mereka. Kita ingin bebas dan merdeka secara utuh. Apalagi bangsa
kita sudah sangat sudah dan menderita akibat berbagai bencana alam yang
terjadi. Hal ini dapat dimaknai pula melalui penggalan sajak berikut ini; / kita adalah berpuluh juta yang bertahun
hidup sengsara / dipukul banjir, gunung api, kutuk, dan hama / dan
bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka /.
2.4.4 Amanat
Sebagai puisi perjuangan atau patriotisme, maka puisi ini memilik pesan
yang mendalam. Pesan atau amanat tersebut sangat erat kaitannya terhadap rakyat
Indonesia yang merasa memiliki republic ini secara sah. Oleh sebab itu, amanat
puisi ini adalah sebaiknya kita mampu mempertahankan kemerdekaan ini dan terus
berjuang melakukan perubahan kea rah perbaikan nasib dan citra bangsa untuk
menjadi mandiri, cerdas, bermoral, sejahtera dan amanah.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa puisi ‘ kita adalah
pemilik sah republic ini ‘ karya taufik ismail ini merupakan puisi yang
merefleksikan sejarah Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari bahasa yang
digunakan dalam puisinya. Dengan bahasa yang begitu menggugah dan menggelora,
dapat dinyatakan bahwa makna puisi tersebut sangat mendorong dan bersifat
mendobrak keterkungkungan rakyat Indonesia dari bentuk penjajahan baik yang
dating dari luar negeri maupun dari dalam negeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Taufiq Ismail adalah penyair angkatan tahun 66. Ia adalah pelopor
puisi-puisi demonstrasi. Salah satu puisinya yaitu “Kita adalah Pemilik Sah
Republik Ini”. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa puisi ini bernuansa
perjuangan bangsa Indonesia. Melalui kepiawaian dalam memilih bahasa, diketahui
makna puisi ini mampu membangkitkan semangat rakyat Indonesia yang telah
merdeka
untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Taufik Ismail berhasil
menyuguhkan tema perjuangan, nada yang bersifat menyulut atau mendorong,
serta dan membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk terus maju
dan tidak mau lagi dibohongi oleh kaum penjajah baik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri.
untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Taufik Ismail berhasil
menyuguhkan tema perjuangan, nada yang bersifat menyulut atau mendorong,
serta dan membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk terus maju
dan tidak mau lagi dibohongi oleh kaum penjajah baik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri.
3.2 Saran
Sebagai penikmat sastra khususnya puisi, ada baiknya kita mengetahui apa
saja yang terdapat dalam suatu puisi yang kita baca, baik itu struktur fisik
maupun struktur batin dalam puisi tersebut. Dengan demikian kita akan
mengetahui apa yang tedapat dalam puisi tersebut secara mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Sayuti, A. Sumianto. 2005. Taufik Ismail : Karya dan Dunianya.
Jakarta: PT
Grasindo.
Waluyo, J. Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta :
PT Gelora
Aksara
Pratama.