Selasa, 20 Oktober 2015

SYARAT / KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

Siti Nursansan
8820113067
III B - PBSI

SYARAT / KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN



A.  Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Beberapa penyebab sebagian orang memilih media antara lain adalah: 
Sumber:
  1. Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media
  2. Merasa sudah akrab dengan media tersebut.
  3. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret
  4.  Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya. 

Jadi, dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Mc Connel (dalam Sadiman, 1996 ) mengatakan bila media itu sesuai, pakailah ! “If The Medium Fits, Use It!”.

B. Kriteria Pemilihan Media

Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain, seperti karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.

Faktor yang terakhir adalah efektivitas biayanya dalam jangka watu yang panjang. Namun bila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang program media grafis merupakan salah satu contoh media yang dapat digunakan.

Menurut Arsyad (2011) faktor-faktor pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berikut:
  1. Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia (waktu mengajar dan pengembangan materi dan media), sumber –sumber yang tersedia (manusia dan material);
  2. Persyaratan isi, tugas dan jenis pembelajaran isi pelajaran beragam dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa, misalnya penghafalan, penerapan keterampilan atau penalaran dan pemikiran tingkatan yang lebih tinggi. Setiap kategori pembelajaran itu menuntut perilaku yang berbeda –beda dan dengan demikian akan memerlukan tehnik dan media penyajian yang berbeda pula;
  3. Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal, seperti membaca, mengetik dan menggunakan komputer, dan karakteristik siswa lainnya;
  4. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar) dan keefektifan biaya;
  5. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula: (a) Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan atau audio); (b) Kemampuan mengakomodasikan respons siswa yang tepat (tertulis, audio, dan atau kegiatan fisik); (c) Kemampuan mengakomodasikan umpan balik; dan (d) Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi. 
  6. Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam.
Dari segi teori belajar, perlu mendapatkan pertimbangan motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum belajar, emosi, partisipasi, umpan balik, penguatan, latihan dan pengulangan, serta penerapan.

C. Model/Prosedur Pemilihan Media

Bila dilihat dari bentuknya, cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga model.
  1. Model flowchart yang menggunakan sistem pengguguran atau eliminasi dalam pengambilan keputusan pemilihan
  2. Model matriks yang menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi.
  3. Model checklist yang juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan.

Meskipun belum ada penelitian khusus tentang hal ini, tampaknya model checklist lebih sesuai untuk membakukan prosedur pemilihan media jadi, model matriks lebih serasi digunakan untuk pemilihan media rancangan, sedang model flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses pemilihan media jadi maupun media perancangan.

Sedangkan kriteria penggunaan media yaitu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, mendukung isi pelajaran, praktis, luwes, dan bertahan, guru terampil menggunakannya, pengelompokan sasaran, dan mutu teknis. 


Sumber:

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sadiman, Arief S. (Dkk). 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.



Selasa, 13 Oktober 2015

JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN

Nama : Siti Nursansan
NPM : 8820113067
Kelas : III B - PBSI

RESUME JENIS DAN KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN




A. TAKSONOMI

Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.


Dengan adanya media yang digunakan dalam proses belajar mengajar, dari sini usaha-usaha penataan timbul, yaitu pengelompokan atau klarifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Beberapa contoh usaha kearah taksonomi media tersebut antara lain adalah uraian berikut:

1. Taksonomi menurut Rudy Bretz

Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga (3) unsur pokok, yaitu suara, visual ( ada gamabar, garis dan symbol ) dan gerak.

2. Hierarki Media menurut Duncan

Dalam menyusun taksonomi, beliau mengajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasaan lingkup sasarannya di satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya dilain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki.
Dengan bahasa lain dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaanya, tetapi juga semakin umum penggunaanya dan semakin luas lingkup sasarannya. Dan begitupun sebaliknya.

3. Taksonomi Briggs

Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya.

4. Taksonomi menurut Gagne

Gagne membuat tujuh (7) macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar grafis, film bersuara, dan mesin belajar yang semua itu contohnya perilaku berfikir, menilai presentasi maupun pemberi umpan balik.

5. Taksonomi menurut Edling

Berangggapan bahwa siswa, rangsangan belajar dan tanggapan merupakan variable kegiatan belajar dengan media.dipandang dari banyaknya isyarat hal tersebut merupakan suatu continue atau kesinambungan pengalaman belajar.

Bagaimanapun suatu pengelompokan, apapun bentuk dan tujuannya dapat memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya. Hal ini sangat diperlukan dalam menentukan pilihan atas media.

B. JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN

Mengingat banyaknya media dalam pembelajaran, maka dirasa sangat perlu untuk melakukan pengelompokkan terhadap berbagai media pendidikan yang ada tersebut. Pengelompokkan ini secara praktis dimaksudkan agar memudahkan kita sebagai pengguna dalam memahami prinsip penggunaan, perawatan dan pemilihan media dalam proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (dalam Sundayana, 2013:13), media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.

1. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
  • Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
  • Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
  • Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
2. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam :
  • Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
  • Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
  • Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
  • Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Rudy Brets (dalam Sundayana, 2013:15) , yang mengklasifikasikan media menjadi 7 (tujuh), yaitu:
  1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televisi, Televisi, dan animasi
  2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.
  3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
  4. Media visual bergerak, seperti: film bisu.
  5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.
  6. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
  7. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
C. KARAKTERISTIK MEDIA PEMBELAJARAN

Untuk tujuan-tujuan praktis, dibawah ini akan dibahas karakteristik beberapa jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia.

1. Media Grafis

Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam symbol-simbol komunikasi visual.
Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relative murah ditinjau dari segi biayanya. Berikut adalah beberapa jenis media grafis yang sering digunakan:

a. Gambar/foto

Gambar adalah bahasa yang umum, dipakai yang dapat dipahami, dimengerti dan dinikmati.Oleh karena itu pepatah cina mengungkapkan bahwa Gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Beberapa kelebihan media gambar/foto adalah:
  • Sifatnya konkret; Gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
  • Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas. Peristiwa yang telah lalu, atau bahkan semenit yang lalu tak dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto amatbermanfaat dalam hal ini.
  • Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
  • Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.
  • Foto memiliki harga yang cukup terjangkau.


Adapun enam syarat yang harus dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga dapat dijadiikan media pendidikan, adalah :
  • Autentik (melukiskan gambar yang sebenarnya)
  • Sederhana (jelas menunjukkan poin-poin pokok)
  • Memiliki ukuran yang relative (dapat memperbesar dan memperkecil obyek)
  • Mengandung gerak atau perbuatan
  • Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  • Tidak setiap gambar bagus merupakan media yang bagus.

b. Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail.Sketsa dapat dibuat secara cepat sementara guru menerangkan dapat pula dipakai untuk tujuan tersebut.

c.  Diagram

Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan symbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Diagram yang baik untuk digunakan sebagai media pendidikan adalah diagram yang:
  • Benar, digambar rapi, diberi titel, label, dan penjelasan-penjelasan yang perlu.
  • Cukup besar dan ditempatkan secara strategis
  • Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
d. Bagan/Chart

Pesan yang disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Di dalam bagan sering kali kita jumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar, diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal. Bagan harus apat dimengerti anak, sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit, dan up to date. Beberapa macam bagan antara lain bagan pohon (tree chart), bagan arus (flow chart), bagan garis waktu (time line chart), dan stream chart.

e. Grafik

Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Ada beberapa macam grafik  yang sering digunakan. Ada yang berupa grafik garis, batang, atau lingkaran.
Sebagai media pendidikan grafik dapat dikatakan baik kalau memenuhi ketentuan sebagai berikut:
  • Jelas untuk dilihat oleh seluruh kelas
  • Hanya menyajikan satu ide tiap grafik
  • Ada jarak/ruang kosong antara kolom-kolom bagiannya
  • Warna yang digunakan kontras dan harmonis
  • Berjudul dan ringkas
f. Kartun

Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis adalah suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.

g. Poster

Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Poster berfungsi  untuk mempengaruhi orang-orang membeli produk baru dari suatu perusahaan, untuk mengikuti program Keluarga Berencana atau untuk menyayangi binatang dapat dituangkan lewat poster.
Ukurannya bermacam-macam, tergantung kebutuhan. Namun secara umum, poster yang baik hendaklah:
  • Sederhana;
  • Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok;
  •  Berwarna;
  • Slogannya ringkas dan jitu;
  • Tulisannya jelas;
  • Motif dan desain bervariasi.
h. Peta dan globe

Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Secara khusus peta dan globe tersebut memberikan informasi tentang:
  • Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai-sungai, gunung-gunung, dan bentuk-bentuk daratan serta perairan lainnya;
  • Tempat-tempat serta arah dan jarak dengan tempat yang lain;
  •  Data-data budaya dan kemasyarakatan seperti populasi atau pola bahasa/adat istiadat;
  •  Data-data ekonomi, seperti hasil pertanian, industry atau perdagangan internasional.
i. Papan Flanel

Papan flannel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flannel ini dapat dilihat sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali.

j. Papan bulletin

Berbeda dengan papan flannel , papan bulletin ini tidak dilapisi kain flannel tetapi langsung ditempel gambar-gambar atau tulisan-tulisan. Fungsinya selain menerangkan sesuatu, papan bulletin dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu.

2. Media Audio

Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media dapat kita kelompokan dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.

a. Radio

Kelebihan Media Radio :
  • Harganya relatif murah.
  • Memiliki variasi program yang cukup banyak.
  • Sifatnya mobile, karena mudah dipindah-pindah tempat dan gelombangnya.
  • Baik untuk mengembangkan imajinasi siswa.
  • Dapat lebih memusatkan perhatian siswa terhadap kata, kalimat atau musik, sehingga sangat cocok digunakan untuk pengajaran bahasa.
  • Jangkauannya sangat luas, sehingga dapat didengar oleh massa yang banyak.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, sebagai media pendidikan radio mempunyai kelemahan-kelemahan pula, antara lain:
  • Sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication);
  • Biasanya siaran disentralisasikan sehingga guru tak dapat mengontrolnya;
  • Penjadwalan pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah. Integrasi siaran radio ke dalam kegiatan belajar mengajar di kelas seringkali menyulitkan.
b. Alat perekam pita magnetic

Alat perekam pita magnetic (magnetic tape recording) atau lazimnya orang menyebut tape recorder adalah salah satu media pendidikan yang tak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena mudah menggunakannya.Ada dua macam rekaman dalam alat perekam pita magnetic yaitu sistem full track recording dan double track recording.

c. Laboratorium bahasa

Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan cara menyajikan materi pelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam laboratorium bahasa, murid duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara, sedangkan guru duduk di ruang control lewat headphone.

3. Media Proyeksi Diam

Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual.Selain itu, bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara mereka adalah pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran.

Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain:
  • film bingkai (slide),
  • film rangkai (film strip),
  • overhead proyektor (media transparansi)
  • proyektor opaque  (proyektor tak tembus pandang)
  • mikrofis.


Sumber:
Sadiman, Arief S. (Dkk). 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sundayana, Rostina. 2013. Media Pembelajaran Matematika (untuk Guru, Calon Guru, Orang Tua, dan Para Pecinta Matematika). Jakarta: Alfabeta

Kamis, 01 Oktober 2015

LANDASAN TEORETIS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN


Nama               : Siti Nursansan
NPM                : 8820113067
Kelas               : III B – PBSI
Mata Kuliah     : Media Pembelajaran (Landasan Teoretis Penggunaan Media Pembelajaran)
Dosen              : Dr. Hj. Iis Ristiani, S.Pd., M.Pd., Febri Marindra C. E. S.Pd., M.Pd.


RESUME LANDASAN TEORETIS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antar pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Burner (dalam Arsyad, 2005: 7) ada tiga tingkatan utama dalam modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).
  1. Pengalaman langsung (enactive). Pengalaman ini yaitu mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami secara langsung membuat ‘simpul’.
  2. Pengalaman piktorial (iconic). Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pengalaman langsung. Pada tahap kedua yang diberi label iconic (artinya gambar/image), kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum ernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’ mereka dapat memahami atau mempelajarinya dari gambar, lukisan, foto atau film.
  3. Pengalaman abstrak (symbolic). Pada tingkatan simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokannya dengan ‘simpul’ pada image mental atau mencocokannya dengan pengalaman membuat ‘simpul’.
Ketiga tingkatan ini saling berinteraksi dalam upaya pemerolehan pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin dsampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding). Cara pengolahan pesan oleg guru dan murid digambarkan sebagai berikut.



Gambar: Pesan dalam Komunikasi


Gambar di atas memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar mendengar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajark untuk memanfaatkan semua alat inderanya. guru berupaya untuk menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indera. Dengan demikian siswa diharapkan dapt menyerap pesan-pesan dalam materi yang disajikan.
Livie & Livie (dalam Arsyad, 2005: 9) menyimpulkan bahwa stimulis visual membuahkan hasil yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan berurut-urutan. Hal ini merupakan suatu buti atas konsep dual coding hypotesis (hipotesis koding ganda) dari Paivio. Konsep itu mengatakan bahwa ada dua sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah sistem-sistem verba, dan yang lain untuk mengolah image nonverbal.
Belajar dengan menggunakan indera ganda –pandang dan dengar- berdasarkan konsep di atas, akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak dari pada hanya diberikan stimulus pandang atau dengar. Para ahli memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. kurang lebih 90% hasil belajar diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar kemudian 5% lagi dengan indera lainnya. (Baugh dalam Arsyad, 2005). Sementara itu Dale memperkirakan bahawa pemerolehan belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera 13%, dan indera lain 12%.
Salah satu landasan yang banyak digunakan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam pembelajaran adalah Dale’s Cone Of Experience  (Kerucut Pengalaman Dale).



Gambar: Kerucut Pengalaman Edgar Dale


Kerucut tersebut merupakan elaborasi dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleg Bruner sebelumnya. Hasil pengalaman seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai pada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas krucutnya, semakin abstrak media penyampaian pesan tersebut. Perlu dicatat, bahwa urutan-urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi belajar mengajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan –jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi engajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu.
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam lambang-lambang seoerti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan ataupun indera pendengaran. Meskipun tingkat partisifasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Sesungguhnya pengalaman kongkret dan pengalaman abstrak dialami silih berganti; hasil pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstaksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya ia terlibat langsung.

Referensi:

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Selasa, 29 September 2015

Resume Manfaat Media Pembelajaran


MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN



Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
  1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
  3. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model;
  4. Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;
  5. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;
  6. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
  7. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
  8. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakan lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
  1. Memberikan perangsang yang sama;
  2. Mempersamakan pengalaman;
  3. Menimbulkan persepsi yang sama.

Dale (1969:180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi:
  1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
  2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah lalu siswa;
  3. Menunjukkan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan dan minta siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
  4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
  5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
  6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar;
  7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajar;
  8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang berkala dapat kembangkan; 
  9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat.

Sudjana dan Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
  1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
  2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
  3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
  4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedei of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
  1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
  2. Memperbesar perhatian siswa.
  3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
  4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
  5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
  6. Membantu tubuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
  7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih baik


Referensi:

Herminagari. 2012. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. Online. Diakses pada: Senin, 28 September 2015. https://herminegari.wordpress.com/perkuliahan/


fungsi-dan-manfaat-media-pembelajaran/



Senin, 27 Juli 2015

A Lie In Last Night (Single Perdana)




Ku rasa ku lelah, semua tak pernah berubah. Slamat tinggal, masa lalu... bait yang elok ini merupakan bagian dari lirik lagu A Lie In Last Night. Yes, band asal Cipanas ini, baru-baru mengeluarkan single perdananya yang berjudul Selamat Tinggal Masa Lalu.
A Lie In Last Night, band bergenre alternative rock membentuk formasi yang diisi oleh Ahmad Syaid H. sebagai vocalist sekaligus rhytem yang suaranya uuuhh bak badai cetar membahana jedar jeder jedor hihi, lead guitar dikuasai oleh Dendi Gunawan si kalem yang gaye nye mempesona luar biasa, Indra Maulana yang menjabat sebagai pemain bass, yang paling kece menempati posisi sebagai drummer Yopi Yendi  sang penguasa aliansi ninja khayalan haha, serta Ami Soekarmi sebagai backing vocal yang tanpanya A Lie In Last Night terasa hampa. :D



20 Januari 2013, inilah hari sang Ahmad Syaid dan kawan-kawan memulai kreativitasnya untuk membuat karya. Hari berlalu, dan seiring berlalunya hari-hari itu telah lahirlah ke dunia ini seorang anak entah itu laki-laki atau perempuan yang dikandung selama dua tahun, gile gak kebayang ada yang ngandung selama itu hihi  tak lain dan tak bukan yaitu sebuah lagu yang berjudul Selamat Tinggal Masa Lalu. Cung yang penasaran sama lagu ini? ayo ngacung, ayo ngacung hihi
Anak pertama A Lie In Last Night ini dapat didownload secara gratis loh. Kalian bisa cek di http://www.mediafire.com/download/qz19rqo9c1i0hnh/A+Lie+In+Last+Night+-+Selamat+tinggal+masa+lalu.mp3 Berikut lirik dari lagu Selamat Tinggal Masa Lalu.

A Lie In Last Night - Selamat Tinggal Masa Lalu

Sebatas ku hanya ucapkan
Slamat tinggal masa lalu
Percuma ku berharap

Jika tersiksa tak bisa sempurna
Terjatuh tak mampu
Berdiri sendiri

Takkan kembali ku ingat..
Slamat tinggal, masa lalu..

Reff:
Di sini ku berdiri, tuk hadapi dunia
Menyongsong masa depan yang tak pernah ku tau
Ku rasa, ku lelah
Semua tak pernah berubah
Slamat tinggal, masa lalu..

Sungguh lirik yang luar biasa bukan? Lebih lagi jika kita mendengar lagunya. Paduan antara vocal kang Ahmad Syaid yang khas dan musik yang pas membuat lagu ini menjadi menarik. Hayoo, bagi yang ingin tahu lebih dalam tentang A Lie In Last Night sedalam-dalamnya, yuk hampiri di https://www.facebook.com/Rubikku.Band?ref=ts&fref=ts kali aja ada yang jodoh, hihi
Sukses A lie In Last Night menyongsong masa depannya. Karya yang lebih banyak dinikmati membuatmu semakin memukau. Goodluck ;-)




Kamis, 11 Juni 2015

PERBEDAAN CIRI-CIRI JENIS KATA PENURUT PARA AHLI

Ciri-ciri Jenis Kata Menurut Para Ahli


NO
Jenis Kata
Ciri-cirinya
Con-toh
C. A. Mees
Ramlan
Hasan Alwi/TBBI
Harimurti
1.
Verba
1.      Menyata-kan perbuatan
2.      Pokok kalimat menang-gapi, diperla-kukan atau dikenai perbuatan.
1.      Cenderung menempati fungsi predikat (P).
2.      Dapat dinegatifkan dengan kata tidak.
3.      Dapat diikuti dengan frase dengan sangat.
1.      Memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga memiliki fungsi lain.
2.      Menganduk makna inhern perbuatan  (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
3.      Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefik ter- yang berarti ‘paling’.
4.      Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan.
1.      Kemungki-nan didampingi partikel tidak dalam konstruksi.
2.      Tidak dapat didampingi dengan partikel di, ke, dari atau dengan partikel sangat, lebih atau agak.
Tidur, ma-kan, mi-num dll.
2.
Nomina
Kata-kata yang menyatakan benda.
1.      Dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
2.      Dapat dinegatifkan dengan kata bukan.
3.      Dapat diikuti kata itu.
4.      Dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisnya.
1.      Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek atau pelengkap.
2.      Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.
3.      Dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata yang.
1.      Tidak mempu-nyai potensi untuk bergabung dengan patikel tidak.
2.      Mempu-nyai potensi  untuk didahului oleh partikel dari.
Buku, batu, udara, dll.  
3.
Kata kete-rangan / adverb-ia
Menerangkan:
a.       kata kerja dalam segala fungsinya
b.      kata keadaan dalam segala fungsinya.
c.       Kata keterangan
d.      Kata bilangan
e.       Predikat kalimat, tak peduli jenis kata apa predikat itu.
f.       Menegaskan subjek dan predikat kalimat.
1.      Cenderung menduduki fungsi keterangan.
2.      Dapat ditempatkan di mana saja / mempunyai tempat bebas.

1.      Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva atau adverbia lain.
2.      Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya kata atau kalimat yang dijelaskan adverbia tersebut berfungsi sebagai predikat.

1.      Dapat mendampi-ngi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam kontruksi sintaksis.
2.      Tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Ke-marin, agak-nya,
4.
Kata depan /

Preposi-si
Pada umumnya dipakai untuk menjelaskan pertalian kata-kata.
1.      Berfungsi sebagai penanda dalam frase eksosentrik.
2.      Secara semantik, kata depan digunakan untuk menandai makna.
1.      Ditinjau dari perilaku semantisnya, kata depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan kontituen di belakangnya.
2.      Ditinjau dari perilaku sintaksisnya, kata depan berada di depan nomina, adjektiva atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang disebut frasa preposisional.
Kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga berbentuk frase eksosentris direktif.
Di, Ke dan Dari.
5.
Kata bilang-an / numera-lia
Menunjukan kata bilangan pokok, bilangan tingkatan dan bilangan pecahan.
1.      Dapat diikuti kata-kata orang, kor, buah, helai kodi, meter dan sebagainya.
2.      Ada yang menyatakan jumlah dan menyatakan urutan. 
Dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang atau barang) dan konsep.
1.      Endampi-ngi nomina dalam kategori sintaktis.
2.      Mempunyai kompetensi untuk mendampi-ngi numeralia lain.
3.      Tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Satu, dua, tiga perti-ga, kesatukedua, dll.
6.
Kata ganti / prono-mina
Kata-kata yang menjadi pengganti nama orang atau nama benda.
-
1.      Menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan –dalam macam kalimat tertentu- juga predikat.
2.      Acuannya dapat berpindah-pindah.
1.      Berfungsi untuk menggantikan nomina.
2.      Tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya bisa direduplikasikan yakni kami-kami, mereka-mereka, dia-dia dengan pengertian ‘meremeh-kan’ atau ‘merendah-kan’.
3.      Dapat dijadikan frase pronominal seperti aku ini, kamu sekalian, mereka semua.
Saya, aku, kami, dia, dll.
7.
Kata penghu-bung / konjungsi
Menghubung-kan kata dengan kata yang mendahuluinya atau kalimat dengan kalimat yang mendahuluiny.
Berfungsi menghubungkan satuan gramatikal yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk satuan gramatikal yang lebih besar.
Kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat.
1.      Kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.
2.      Menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setara maupun tidak setara
Dan, yang, atau, mau-pun.
8.
Kata seru / interjek-si
Kata-kata yang menirukan bunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, bunyi memperingatkan akan adanya bahaya, bunyi yang menyatakan kesakitan dan pelbagai rasa heran.
1.      Kata yang berdiri sendiri dalam suatu kalimat.
2.      Terpisah dari unsur-unsur lainnya.
1.      Kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.
2.      Secara struktural, tidak bertalian dengan unsur kalimat lain.
1.      Kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara; dan secara sintaktis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam kalimat.
2.      Bersifat ekstrakali-mat dan mendahu-lui ujaran sebagai teriakan lepas atau berdiri sendiri.
Aduh, adu-hai
Ahoi, amboi dll.
9.
Kata sandang / artikula
Dapat dipakai untuk menunjukan kata sandang tentu (yang), persona (si dan sang), dan tak tentu (seorang, sebuah dan sesuatu).
1.      Digunakan untuk menyebut sejumlah kata yang jumlahnya terbatas.
2.      Selalu terletak di muka kata golongan nominal sebagai atributnya.
Kata tugas yang membatasi makna nomina, biasanya menunjukan kata yang bersifat gelar, yang mengacu ke makna kelompok, dan yang menominalkan.
1.      Kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya s kancili, sang dewan dan para pelajar), nomina deverbal (si terdakwa; si  tertuduh).
2.      Berupa partikel, tidak dapat berafiksasi.
Si, sang, yang.
10
Kata keadaan / adjek-tiva
1.      Memiliki fungsi predikatif.
2.      Memiliki fungsi atributif.
3.      Memiliki fungsi substantif.S
-
1.      Memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
2.      Berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat.
3.      Kemungkinan menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkan-nya.
1.      Dapat bergabung dengan partikel tidak.
2.      Mendampi-ngi nomina.
3.      Didampi-ngi partikel seperti lebih, sangat, agak.
4.      Mempu-nyai ciri-ciri morfologis
5.      Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Ting-gi, bagus, deras, dll.
11
Kata tambah
-
1.      Cenderung hanya menduduki fungsi atribut dalam frase yang termasuk tipe konstruksi tipe endosentrik yang atributif, yang unsur pusatnya berupa kata verbal.
2.      Menyatakan ragam, menyatakan negatif, menyatakan aspek, menyatakan keseringan, menyatakan keinginan, menyatakan keharusan, menyatakan kesanggupan dan menyatakan tingkatan.
-
-
Tentu, pasti, sudah, kerap kali, dll.
12
Kata penyu-kat
-
1.      Terletak di belakang kata bilangan dan bersama kata itu membentuk satu frase yang disebut frase bilangan.
2.      Mungkin terletak di muka kata nominal.
-
-
Orang, ekor, buah, kodi, meter, dll.
13
Kata tanya / interogativa
-
Berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan hanyalah berupa perhatian dari lawan bicara.
-
Berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui oleh pembicara.
Apa, kena-pa, me-ngapa, siapa, dll.
14
Kata suruh
-
Berupa kata yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari lawan bicara.
-
-
Silah-kan,  mari, ayo, tolongdll.
15
Katego-ri fatis
-
-
-
1.      Kategori yang bertugas memulai, memperta-hankan, atau mengukuh-kan antara pembicara dan kawan bicara.
2.      Biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara
3.      Pada umumnya merupakan ragam lisan non-standar yang banyak mengan-dung unsur-unsur daerah atau regional.

Kok, deh, sela-mat,
-lah, pun
16
Demon-strativa
-
-
-
Kategori yang berfungsi untuk menunjukan sesuatu di dalam maupun di luar wacana.
Ini, itu, seki-an, sini, situ, dll


Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, Dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti.2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. 
Ramlan. 1990. Tata Bahasa Indonesia Penggolongan Kata. Andi Offset: Yogyakarta

Teks Dadaran (Deskripsi) Jajampanaan

  Jajampanaan kecap jajampanaan asalna tina kecap "jampana" nyaeta alat nu dijieun tina kai atau awi pikeun ngagotong nu gering, n...